Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Perhelatan Pernikahan yang Belum Pudar

14 Januari 2024   15:35 Diperbarui: 14 Januari 2024   15:37 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Merawat tradisi itu salah satu bentuk melestarikan budaya yang ada di negeri ini. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih menjunjung tinggi budaya di Indonesia. Bukan mudah di tengah era globalisasi saat ini. Banyak yang sudah mengikuti budaya barat misalnya dengan cara standing party. Cara ini memang praktis dan simpel. Datang makan lalu pulang. Namun, unggah ungguh atau istilah lain sopan santun kurang diperhatikan.

Berbeda di Boyolali, Jawa Tengah .Perhelatan dengan tetap menghormati tamu masih ada. Inilah  yang saya rasakan beberapa waktu lalu di awal tahun 2024.

Menghadiri undangan pernikahan itu hukumnya wajib. Oleh karena itu, pada hari Senin lalu kami keluarga besar Almarhum Bapak Sukiman hadir dalam acara pernikahan anak dari saudara yang rumahnya Boyolali.

Kami, anak dan menantu Almarhum Bapak Sukiman berkumpul untuk bersama-sama menghadiri undangan pernikahan. Kami pun sepakat memakai seragam baru yang dibeli beberapa bulan lalu. Kekompakan menyatu di antara kami yang rata-rata sudah pensiun.

Keluarga Almarhum Bapak Sukiman yang terdiri dari 5 keluarga berkumpul di Klaten terlebih dahulu. Keluarga generasi 1, maksudnya tanpa anak cucu memakai batik corak hitam dan kerudung kuning.

Layaknya anak muda lagi. Sebelum berangkat kami mejeng dulu. Hemm rasanya bikin tertawa sendiri ketika para kakek nenek beraksi untuk diambil gambarnya. Bagi saya itu nutrisi sehat. Tertawa bersama dengan baju baru. Wkkk kok seperti anak kecil lagi.

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Eh kok ngelantur cerita saya. Oke saya lanjutkan. Tepat pukul 11.30 kami sampai di tempat acara. Sebuah pendopo keluarga yang baru saja diresmikan adalah tempat yang digunakan untuk acara. Bersama-sama kami memasuki tempat acara. Janur kuning dan tenda putih menghiasi tempat hingga tampak meriah. Para penerima tamu menyambut kami dengan senyum merekah. Dengan berseragam kebaya ungu dipadukan dengan kain senada para ibu menyalami kami satu persatu. Gending Jawa mengalun merdu.

Kesan pertama, perhelatan ini tampak syahdu dengan iringan musik campursari dengan lagi Jawa. Kursi tamu tertata rapi. Tak ada pondok-pondok menu seperti pada umumnya. Tak ada menu yang bisa dintip misalnya tongseng, bakso, siomay, sate dll. Tak ada. Lha kan tidak standing party.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun