Enam hari  sudah kita telah memasuki tahun 2024. Rasa syukur tak terhingga bisa melalui tahun 2023 dengan sehat. Kini saatnya menata hati agar  tahun 2024 lebih baik dari tahun lalu.
Teman-teman. Kali ini saya akan kilas balik penuh hikmah 2023 yang bisa saya petik. Kalau yang lalu tentang literasi, kali ini tentang jejak-jejak hidup yang saya alami setelah  menyandang seorang pensiunan.
Pertengahan tahun 2022 saya pensiun. Awal pensiun hati bahagia. Namun,  kadang bingung mau berbuat apa walaupun  sudah ada kegiatan menulis yang  sudah lama saya sukai.
Saat mengajukan ingin buka warung, suami dan anak tidak setuju. Saya pun manut dan  ikhlas menjalani pensiun dengan rutinitas sehari-hari.
Awal tahun 2023 saya merasakan nikmat menjadi pensiun. Banyak hikmah yang bisa saya petik pada awal tahun 2023 tepat enam bulan pensiun. Pertama, bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas mendekatkan diri kepada Allah. Banyak kegiatan ibadah yang bisa saya lakukan bersama suami. Contohnya, saya bisa salat berjamaah di masjid  baik saat subuh atau magrib dan isya. Bisa rutin membaca Al-Qur'an  dibandingkan tahun sebelumnya.
Saya pun jadi rajin berolahraga. Hampir tiap hari berjalan kaki kurang lebih tiga puluh menit. Alhamdulillah bisa mengerti akan pentingnya kesehatan. Selain menjadi sehat, hubungan dengan suami makin harmonis.
Di tengah kesibukan baru sebagai pensiunan, Allah memberi rejeki terindah.  Seorang gadis mungil lahir  dari rahim seorang ibu cantik yaitu sang menantu Kelahiran cucu yang ketiga ini jelang tahun baru 2023.
Awal tahun baru 2023, baby kecil berusia sepuluh hari. Ada warga baru dalam kehidupan kami yang sama-sama sudah pensiun. Hal itu tentu amat membahagiakan hari-hari kami saat menjalani masa pensiun. Inilah nikmat dari Allah.
Hikmah yang bisa ambil bahwa saya harus banyak bersyukur karena telah ada kesibukan yang menyenangkan untuk mengisi hari-hari pensiun dengan cucu.
Ternyata kesedihan tak ada gunanya.
Kami tidak sepenuhnya mengasuh cucu karena ada ayah bundanya. Selain itu ada ibu dari menantu. Jadi bersama-sama mengasuh bayi. Â Kalau dipasrahkan sepenuhnya tentu saya tak sanggup.
Saat itu saya pun belajar menyesuaikan dengan keluarga anak. Banyak yang bisa dipetik saat saya harus memahami menantu. Yang tak kalah penting belajar mengasuh bayi lagi.  Alhamdulillah tidak banyak terjadi benturan karena anak menempati rumah yang persis di belakang rumah  kami. Alhamdulillah hubungan saya dan keluarga baru anak baik-baik saja.
