Biasanya jika saya jalan-jalan ke klenteng Sam Poo Kong hanya sebatas luar saja. Namun, kali ini kami yang berjumlah sekitar 10 orang ini diberi kesempatan untuk mengulik tempat ibadah yang bertempat di gedung batu Semarang ini.
Sebelum masuk, kami memanfaatkan kesempatan tempat yang dulu belum ada yaitu ada papan gantungan yang berisi berbagai macam gantungan yang bertuliskan aneka macam doa para pengunjung. Tampak apik dipandang mata.
 Ya, tahu sendiri jika para emak berkumpul. Berfoto ria tak terlewatkan. Eh ada cowoknya satu yaitu Wang Edy yang ramah walaupun baru kali pertama jumpa.
Sebelum masuk area klenteng, kami pun masih berfoto ria lagi dengan background patung Laksamana Cheng Ho yang berdiri tegak dan besar di ujung sana. Berbagai pose pun kami lakukan demi mendapatkan foto yang bagus.
Mbak Muna pun mengawali penjelasan tentang keberadaan klenteng. Â
Mulailah kami mendengarkan dengan seksama kata-kata manis Mbak Muna, sang pemandu yang  supel dan cantik.
Kami pun sampai di depan gedung merah tempat ibadah yang berarsitektur Cina dengan warna merah megah. Selain itu gedung merah ada pagoda berlapis tiga.
Klenteng ini kali pertama dibangun oleh Cheng Ho pada abad ke-15. Awalnya tempat ini sebagai persinggahan Laksamana Cheng Ho yang berasal dari Cina yang beragama Islam.
Cheng Ho adalah seorang penjelajah dunia yang berlayar melewati Laut Jawa itu harus merapat ke pantai Utara Semarang karena sang Juru Mudi sakit dan harus diobati.