Simpang Lima Semarang di Waktu Malam
Usai salat Magrib kami para alumni IKIP Semarang meluncur ke Simpang Lima Semarang. Kami menggunakan armada bus kecil yang bisa menampung 20 peserta. Bersama kami dalam bus kecil menuju tempat kami pernah berkumpul untuk latihan pentas seni. Berbagai memori muncul kala kami hampir sampai simpang lima.
Saya pun jadi ingat kala kami berteriak keras di lapangan simpang lima. Alhamdulillah semuanya masih sehat. Ya empat puluh tahun lalu kami bergerak dengan irama untuk bisa pentas saat Hari Sumpah Pemuda.
Kini kami mengenang kembali masa lalu. Namun suasana sudah berubah. Lapangan simpang lima Semarang kini lebih cantik dan tertata apik. Suasana meriah dengan lampu yang berpendar bisa kami nikmati malam Minggu lalu, 6 Mei 2023. Lalu lintas pun benar-benar ramai sehingga kami harus bergandengan tangan untuk menyeberangi jalan usai mobil kami parkir di depan masjid Baiturrahman. Masjid pun tampak megah dengan wajah baru.
Yang kami lihat awal adalah becak dan sepeda hias dengan  hiasan lampu warna -warni menjadi pemandangan menarik. Tampak gemerlap malam Minggu itu. Sesaat saya mengabadikan momen indah lalu ditawari untuk naik becak atau odong-odong berhias lampu.
"Berapa sewanya Mas," tanyaku
"120 ribu untuk empat atau lima orang," jawab Mas e sambil terus menawarkan jasa naik becak hias.
Selanjutnya kami memilih masuk di lapangan simpang lima. Suasana benar-benar ramai saat itu dengan banyak orang duduk-duduk di lapangan hijau.
Kami pun menggelar tikar lalu duduk bersama sambil menikmati jajanan yang kami bawa.
Tampak gedung -gedung menjulang tinggi mengelilingi lapangan simpang lima. Megah dengan lampu memancar. Anak-anak kecil pun bermain dengan senangnya bersama keluarga. Tak tampak ada penjual yang benar-benar diperlihatkan karena memang tak boleh. Namun ada beberapa orang menawarkan minuman yang dibawanya dalam plastik. Jadi tidak tampak oleh umum. Pedagang mendekati kami untuk menawarkan minuman yang bisa diracik saat itu juga.