Hari kesepuluh Ramadan, Arif, Galih, Yoga menemui bundanya yang sedang memasak sore hari. Mereka mengendap-endap menuju dapur. Â Sebenarnya setelah tarawih akan menyampaiakan tapi mereka tak sabaran ingin menagih janji pada bundanya.
"Bund... ehmm," Arif mengawali bicara sambil bersandar di pojok pintu. Sedangkan kedua adiknya bersembunyi di balik kakaknya.
"Bunda, kami mau ngomomg sebentar," ulang Arif sambil badannya digoyang-goyang.
Bunda Dian tanggap akan ulah ketiga anaknya. Ia pun pura-pura tidak mendengar kata-kata anak pertama. Ia asyik cuci piring dan sengaja air kran dialirkan sehingga tidak terdengar jika ada suara.
Arif mundur lalu berbisik-bisik dengan adiknya. Kemudian mereka sepakat menunggu sampai bundanya selesai mencuci piring. Tak lama kemudian, Bunda Dian mengeringkan tangan dengan lap yang bergantung di tembok.
"Ada apa sih," tanya Bunda Dian pura-pura tidak paham. Padahal ia tahu jika anaknya mau menagih janji.l
"Ihh Bunda lupa ya, kami sudah sepuluh hari puasa dan gak bolong lho."
Bu Dian paham akan ucapan anakknya. Ia ingat janji yang diucapkan awal puasa. Ada reward jika ketiga anakknya bisa berpuasa sampai hari kesepuluh. Biasanya Bu Dian memberi uang untuk jajan yang disukai dan sebagaian ditabung.
"Okey, Bunda gak lupa kok, tapi...,"ucap Bu Dian mengulur pembicaraan.
Ketiga anak yang duduk bersila di karpet coklat itu melongo dengan ucapan bundanya. Dengan penuh harap bundanya segera melanjutkan kata-katany.
"Bunda mau beri hadiah, jika nanti malam saat tarawih kalian rangkum materi kultum yang ditulis di buku," ucap Bu Dian dengan pelan.