Bersyukur ahad yang lalu saya bisa menghadiri pengajian yang diselenggarakan oleh Masjid Mujahidin Ambarawa. Keinginan sudah lama tetapi baru terlakasan Ahad yang lalu. Pukul 5.45 saya dan tetangga  diantar suami. Suami tidak ikut karena ada acara ke Jambu bersama Pak Sobar untuk mencari info yang beerkaitan dengan tower masjid.
Hanya beberapa menit kami sampai di Masjid Mujahidin. Masjid yang berada di Desa Kranggan ini amat megah dengan menara tinggi. Tampak beberapa jemaah memasuki Masjid setelah memasukkan amal jariah di kotak yang berada di teras. Saya bersama Bu Nur juga memasuki masjid . Tak lupa kami juga memasukkan uang di kotak.
Tak diduga, masjid sudah penuh para jemaah. Sebelah kiri para ibu, dan kanan para Bapak. Jumlah jemaah ibu lebih banyak dari bapak-bapak. Mereka duduk takzim siap menerima tausiyah. Wajah ceria dengan baju gamis warna-warni menghiasi masjid dengan senyumnya menyapa kami yang baru datang. Tak lupa kami saling bersalaman.
Segera saya mencari tempat duduk di barisan ketiga agar bisa mendengarkan materi. Suasana adem di masjid yang lumayan besar itu. Dua pilar besar layaknya di Madinah berada di tengah-tengah kami. Â Kokoh dan besar dengan warna kuning kecoklat-coklatan menjulang tinggi.
Tepat pukul 06.00 ada pemuda berpeci hitam menuju mimbar untuk menyampaikan pembukaan. Selanjutnya seorang bapak paruh baya memimpin kami untuk bersama-sama membaca asmaul husna.
Acara yang ditunggu-tunggu tiba. Seorang Ibu muda cantik dengan gamis hitam dan kerudung hitam berhiaskan pernik putih menuju mimbar. Siap memberi tausiyah kepada kami. Saya pun siap mendengarkan dengan hidmat. Begitu pun para jemaah siap menerima siraman rohani dengan diam dan tenang.
Ibu Haji Maesaroh Hasyim memulai dengan salam dan mengajak kita untuk bersyukur diberi umur panjang. Umur panjang yang berkah maksudnya sisa umur kita gunakan dengan hal-hal yang bermanfaat. Kemudian beliau melanjutkan bahwa kita bersyukur bukan hanya lisan saja. Sebaiknya dengan tindakan. Salah satunya adalah selalu berzikir untuk mengingat Allah saat sedih ataupun suka. Lisan sebaiknya jangan dibuat dengan kata-kata yang maksiat. Misalnya, kita masih ngrumpi.
Rasa syukur dapat diwujudkan dengan menerima yang dikodratkan Allah. Kita selalu menerima keadaan dengan terus berusaha lebih baik. Selain itu wujud syukur adalah mensyukuri akan tubuh kita. Tubuh kita jangan dibuat maksiat. Kita ajak tubuh kita untuk hal-hal yang baik. Misalnya, menghadiri pengajian. Biasanya untuk hal-hal yang baik kita akan mengatakan berbagai alasan. Diajak membaca Alquran malas. Namun, hal-hal negatif kadang dengan mudah kita lakukan. Misalnya, kita menonton sinotron tiada henti.
Orang bersyukur akan ditambahi nikmatnya. Kita pun berusaha bersyukur jika mendapat kenikmatan dengan mengucap Alhamdulillah. Jika ada cobaan pun kita wajib bersyukur. Jangan mengeluh saja dengan mengatakan bahwa kita tak kuat. Hindari kata-kata tersebut. Allah memberi cobaan karena Allah yakin kita kuat. Sebaiknya kita selalu memohon agar  diberi kekuatan. Selain itu kita selalu bersyukur dan tak putus asa. Orang yang putus asa dibenci Allah.
Suasana makin seru kala Bu Hajah Maesaroh menyanyikan lagu bahasa jawa. tentang penggunaan HP yang tak kenal lelah.
Awan bengi sing dicekel HP
Arep lungo sing digowo HP
Nganti arep turu ngeloni HP
Pengajian malah mbuka HP
Arti larik di atas adalah
Siang malam yang dipegang HP
Akan pergi yang dibawa HP
Akan tidur pun memeluk HP
Pengajian pun buka HP
Inilah kemyatan zaman sekarang. Namun, bukan berarti tidak boleh memegang HP karena banyak hal-hal positif dari HP misalnya mendengarkan pengajian dari berbagi chanel. Banyak manfaat HP asal digunakan dengan baik.
Selanjutnya, Ibu Hajah yang cantik ini memaparkan bahwa rasa syukur kepada Allah tak lepas dari rasa syukur kepada orangtua. Mari kita ingat apa yang telah diberikan orangtua. Sudahkah kita membalasnya. Masih banyak yang selalu maksiat dengan orangtua. Bahkan sampai orangtua meninggal pun masih berbuat yang kurang baik dengan mempedebatkan warisan.
Sebagai insan baik, jika orangtua sudah tidak ada, kita bisa mendoakan orang tua, memintakan maaf pada Allah. Seperti kita ketahui bahwa ada tiga perkara yang akan kita bawa saat meninggal.
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara(yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang sholeh" 9HR Muslim no. 1631)
Alhamdulilah, kami bisa mendapatkan pencerahan yang luar biasa. Semoga bisa menjadi bekal pada sisa hidup ini. Semoga kita selalu panjang umur penuh berkah dengan hal-hal yang bermanfaat. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H