Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Masih Sukakah Anda Menonton Televisi?

7 November 2022   15:34 Diperbarui: 7 November 2022   15:45 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih Sukakah Anda Menonton Televisi?

Gema beralihnya televisi analog ke televisi digital tampaknya adem ayem. Tidak banyak yang memperbincangkan dengan gencar. Apakah hal ini menandakan bahwa banyak yang tidak suka menonton televisi? Mungkin televisi sudah tergantikan dengan aplikasi lain yang lebih menarik. Era saat ini masyarakat lebih banyak berasyik ria menonton  berbagai hal yang diinginkan lewat Youtube atau aplikasi lain.

Berbeda jauh zaman dulu, televisi adalah hiburan utama satu-satunya. Apalagi pada zaman saya masih kecil. Televisi adalah barang mahal yang bisa dimilki oleh orang-orang kaya. Masih terekam jelas dalam ingatan, saat saya masih remaja suka menonton televisi ke lain desa hanya menonton kameria ria, aneka safari. Rasanya senang bisa menonton acara-acara yang saaat itu. ngetren.

Berjalannya waktu bapak saya membeli televisi hitam putih, Saya pun tidak lagi menonton ke tetangga tetapi tetangga lah yang bergantian menonton ke rumah. Rumah pun jadi ramai dengan para tetangga. Dulu hanya ada TVRI yang menjadi satu-satunya hiburan untuk keluarga. Namun, perkembangan zaman bermunculan televesi swasta. Acara pun beragam. Kami bisa menikmati acara dengan pilihan chanel yang lebih dari satu.

Ketika saya sudah berumah tangga, televisi masih menjadi idola kami. Namun, tempat tinggal yang saya tempati, tidak bisa mudah menyangkut dengan televisi. Suami pun mencari tiang bambu yang amat tinggi kemudian kami membeli antena agar bisa menonton. Berulang kali harus memutar ke sana kemari agar bisa jelas gambarnya. 

Karena problema tersebut, ada sekelompok orang menjual jasa parabola. Seorang tetangga sebelah membeli beberapa parabola, kemudian kami ikutan saluran teresbut dengan membayar uang tiap bulan. Kalau tidak salah tiap keluarga ditarik sepuluh ribu sampai dua puluh ribu. Jika ada yang bermasalah, kami laporan dengan orang tersebut. Cara itu ditempuh karena untuk membeli parabola jelas tak mampu saat itu.

Tahun demi tahun makin banyak yang membeli parabola karena harga sudah tidak mahal lagi. Kami pun bisa menikmati televisi dengan aneka acara dengan mudah. Televisi menjadi hiburan. Apalagi bagi ibu-ibu menyukai berseri-seri cerita yang saat itu memang menarik.Yang saya suka acara berseri misalnya, kasandara, film si Dul, Film Jepang Oshin, Juga Siti Nurbaya yang diperankan oleh Novia Kolopaking. Masih banyak yang menjadi tontonan idola.

Lama- kelamaan saya pun kurang banyak menonton televisi karena acara kurang menarik. Sinotron makin tak ada putusnya. Jadi, umpama pengen nonton, lebih suka melihat berita ya agar gak kuper atau yang acara-acara lucu.  

Beralihnya televeisi analog menjadi televisi digital tampaknya tak berpengaruh bagi masyarakat. Namun, hal ini kita tetap menyambutnya dengan gembira. Berarti perkembangan televisi mengalami kemajuan. Sekadar berpendapat ada sosialisasi agar masyarakat desa yang masih mengandalkan televisi analog bisa bertindak untuk mengubah meenjadi televisi digital. 

Konon ada bantuan alat yang membantu walaupun masih terbatas. Inilah pentingnya sosialisasi agar masyarakat awam yang jauh dari jangkauan jaringan internet bisa menikmati televisi seperti dulu. Selamat tinggal televisi analog, selamat datang Televisi Digital. Semoga televisi bisa menjadi hiburan yang mendidik  bagi warga Indonesia.

Ambarawa, 7 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun