Mohon tunggu...
yanti ningrum
yanti ningrum Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

-

Selanjutnya

Tutup

Financial

Indonesia Deflasi Berturut-turut Lagi

5 Oktober 2020   11:05 Diperbarui: 5 Oktober 2020   11:12 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di awal bulan Oktober ini, Kompas.com menampilkan berita tentang adanya deflasi yang terjadi di Indonesia. Sumber tersebut diperoleh dari BPS, yaitu Badan Pusat Statistik, dimana BPS telah melakukan pencatatan di 3 bulan terakhir, yaitu bulan Juli, Agustus dan September tahun 2020 ini.

BPS menyampaikan jika pada bulan Juli, Indonesia mengalami deflasi sejumlah 0,10 persen, dan  pada bulan Agustus sejumlah 0,05 persen, kemudian  di bulan September sejumlah 0,05 persen.

Pengertian Deflasi

Deflasi, menurut valasonline.com adalah suatu kondisi dimana harga-harga secara umum mengalami penurunan, sehingga membuat nilai uang menjadi bertambah. Dan keadaan ini ternyata tidak dialami oleh semua kota yang ada di Indonesia, tetapi hanya sebagian besar. Dimana dari 90 kota IHK, yang mengalami deflasi ada 56 kota dan yang mengalami inflasi sebesar 34 kota.

Kota yang mengalami deflasi tertinggi justru terjadi di kota Timika , dengan jumlah deflasi sebesar 0,83 persen. Dan kota yang mengalami deflasi terendah ada di kota Bukit tinggi, Jember, dan Singkawang.

Sektor yang Mengalami Deflasi

Deflasi yang paling banyak terjadi ada di sektor konsumsi, seperti makanan, minuman dan tembakau. Seperti yang terjadi di kota Surabaya, dimana harga ayam dari beberapa bulan ini cenderung turun dari harga 35 ribu perkilo bertahap turun hingga mencapai harga 25 ribu per kilonya. Begitu juga telur ayam, yang pernah mencapai harga 27 ribu per kilo, bergerak turun hingga sekarang mencapai 18 ribu per kilo.

Hal ini dirasa baik untuk sebagian orang, karena dimana nilai mata uang yang kita miliki menjadi lebih berharga dari sebelumnya, sehingga daya beli lebih tinggi.

Sumber : ekonomi.kompas.com
Sumber : ekonomi.kompas.com
Dampak Buruk Deflasi

Namun kondisi deflasi ini mempunyai dampak yang buruk juga. Sebab saat terjadi deflasi maka sebenarnya persediaan uang di masyarakat sedang turun. Akibatnya banyak konsumen yang menunda kegiatan belanja mereka. Kegiatan belaja yang melambat ini, melambatkan aktifitas perekonomian. 

Sedangkan perekonomian yang lambat dan lesu akan berakibat permintaan barang dan jasa oleh konsumen ke  perusahaan semakin sedikit . Permintaan yang sedikit ini mengakibatkan sedikitnya pemasukan dari perusahaan. 

Dimana jika pemasukkan perusahaan sedikit, maka perusahaanpun akan menurunkan produktifias hingga mengurangi karyawan (PHK). Jika PHK terjadi, maka pendapatan masyarakat akan semakin berkurang dan jumlah uangpun di masyarakat akan makin berkurang. 

Namun tidak berhenti disitu saja, dari sisi investasipun, jika investor melihat perekonomian melambat dan bursa saham menjadi lambat, maka investor juga akan enggan untuk menanamkan modal, dan bahkan melakukan aksi tarik dana atau jual saham, sehingga perekonomian menjadi lesu dan tidak berkembang baik.

Menurut bapak Suhariyanto, kepala BPS, Indonesia sudah lama tidak mengalami deflasi yang berturut-turut seperti ini. Berdasarkan catatan, Indonesia mengalami deflasi dalam 3 bulan berturut-turut seperti ini pada waktu tahun 1999. 

Bahkan dahulu di tahun 1999, deflasi tidak hanya terjadi selama 3 bulan, tetapi hingga 9 bulan, yaitu terjadi di bulan Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, hingga September.

Perbedaan Deflasi tahun 1999 dan 2020

Perbedaan dari deflasi yang terjadi saat itu dan saat ini adalah saat ini deflasi diawali oleh adanya pandemi, sehingga diadakannya lockdown, dan pergerakan masyarakat, bisnis, jual-beli semuanya terganggu, bahkan ada yang hingga terhenti. Sedangkan saat 1999 dikarenakan adanya krisis moneter.

Namun saat ini pemerintah juga telah belajar dan telah mempersiapkan strategi-strategi untuk menggerakkan kembali daya beli masyarakat. Salah satunya yaitu dengan bantuan langsung tunai yang dikirim melalui rekening bank ataupun diambil di kantor pos. 

Pembagian sembako, gratis biaya Listrik,  dan pengurangan/penghapusan bunga cicilan, juga yang lainnya. Sehingga diharapkan daya beli masyarakat akan kembali naik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun