Mohon tunggu...
Nur Wasiyanti
Nur Wasiyanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terungkapnya Mitos Horor dengan Ujung Kebarokahan

2 April 2017   09:54 Diperbarui: 4 April 2017   15:11 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara mengenai hari dalam agama islam, bukan hal yang asing lagi bahwa hari jum’at adalah hari yang paling mulia diantara hari-hari yang lain.

Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata “barang siapa yang meninggal diantara tergelincir hari kamis hingga tergelincir matahari hari jum’at, maka Allah swt melindunginya dari siksa kubur yang menakutkan”. Imam Ja’far Ash-Shadiqjuga berkata “malam jum’at dan hari jum’at mempunyai hak, maka janganlah sia-siakan kemuliaannya jangan mengurangi ibadah, mendekatlah kepada Allah dengan amal shaleh, tinggalkan semua yang haram, karena didalamnya Allah swt melipatgandakan kebaikan, menghapus kejelekan, dan mengangkat derajat”.

Rasulullah saw bersabda “sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari jum’at, maka perbanyaklah sholawat kepadaku didalamnya, karena sholawat kalian akan ditujukan kepadaku, para sahabat berkata “ bagaimana ditujukan kepada engkau sedangkan engkau telah menjadi tanah ? nabi bersabda “ sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi”. ( Shohih HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i).

Sudah jelas bukan bahwa hari jum’at adalah hari yang paling mulia diantara hari-hari yang lain, tapi didalam masyarakat malam jum’at masih banyak ditafsirkan dengan mitos-mitos yang saat ini masih berkembang didalam lingkungan masyarakat, terutama masyarakat awam yang minim akan pendidikan, tak sedikit masyarakat di desa yang terpencil melarang anggota keluarganya untuk keluar pada hari jum’at. Seperti orang tua yang melarang anaknya untuk keluar rumah pada malam jum’at karena mereka beranggapan pada malam itu arwah para leluhur datang kerumah mereka, menyaksikan apa yang mereka perbuat. Orang tua menganjurkan agar anaknya banyak-banyak melakukan amal shaleh pada malam jum’at seperti tahlilan dan mengaji, sehingga arwah para leluhur yang pulang kerumah tersenyum bahagia ketika melihat keturunan mereka melakukan amal shaleh terlebih jika dikhususkan kepada para sesepuh yang sudah meninggal. Anggapan itu tidak seutuhnya mitos bukan ? menurut penulis banyak juga manfaat yang kita peroleh dari pemikiran seperti itu, diantaranya kita bisa menambah ketaqwaan kita kepada Allah swt, menambah pahala, mengingat para sesepuh yang sudah meninggal dan membuat kita sadar bahwa tidak ada sesepuh maka kita tidak akan ada di dunia ini.

Tapi didaerah penulis tepatnya desa Gujugan Kidul-Bondowoso, daerah yang paling asri dengan dikelilingi gunung, sawah-sawah dan sumber air yang mengalir dengan derasnya bak air terjun di pegunungan-pegunungan luar negeri. Jangan remehkan desa penulis yang terpencil ya sahabat? Izinkan penulis menceritakan sekilas tentang Ritual yang sangat unik dan menarik dan tentunya jarang dijumpai didaerah lain, jika ada pasti prosesnya berbeda karena masing-masing daerah mempunyai ciri khasnya masing-masing. Di daerah penulis, tepatnya di pondok pesantren Nurul Islam, disana ada sebuah tradisi atau ritual yang sangat unik, yakni berdzikir, bersholalawat, dan mengaji bersama yang dikemas dalam satu malam yaitu malam jum’at manis yang dilaksanakan satu bulan sekali. Penulis bertanya-tanya mengapa harus pada saat malam jum’at manis saja, kenapa kok tidak disetiap malam jum’at ? penulis tidak bingung lagi karena hampir pada setiap pelaksanaan dalam setiap ceramahnya, KH. Imam Mawardi sudah banyak menjelaskan bahwasannya malam jum’at manis adalah malam jum’at yang paling mulia dan paling diistijabahnya doa-doa, kebaikan berlipat ganda, kesalahan dihapuskan.

Proses jum’at manis ini sangat unik, dimana masyarakat berangkat dari rumah sejak sore menjelang maghrib, merekapun berangkat dari rumah tidak hanya dengan tangan kosong melainkan membawa air sebanyak-banyaknya, entah itu air dalam kemasan botol atau air dalam kemasan gelas bahkan tak jarang dari mereka memmbawa air berkardus-kardus, ada juga yang membawa dalam kemasan botol dan menyamakan sama banyaknya dengan jumlah keluarga mereka. Mereka sangat antusias sekali berebut untuk menempati shaf paling depan dan meletakkan air yang mereka bawa ditempat paling depan dan paling dekat dengan tempat pak kyai, setelah itu mereka langsung merapatkan dan merapikan dirinya untuk menempati shaf demi shaf, setelah maghrib tiba dilanjutkan dengan shalat berjamaah, setelah itu dilanjutkan dengan berdzikir dan mengaji sampai shalat isyak selesai dilaksanakan. Setelah selesai shalat isyak inilah ritual uniknya dimulai, yaitu sholawat bersama yang dipimpin oleh aliansi tim sholawat putra pondok pesantren Nurul Islam, dalam proses sholawatan ini masyarakat merasa terhibur secara rohani karena merasa damai dan merindukan sang kekasih yang paling mulia yakni habibuna Rasululah SAW, tak jarang dari beberapa masyarakat meneteskan air mata pada saat proses sholawat berlangsung. Selain itu, masyarakat banyak yang merasa bangga karena salah satu diantara anak mereka menjadi tim hadrah yang memandu sholawat. Setelah sholawat selesai digendangkan, barulah sang kyai memberikan sedikit ceramah dan doa bersama khusus untuk air yang dibawa oleh masyarakat. Tidak hanya masyarakat yang sudah tua atau dewasa yang menghadiri acara tersebut, namun mulai dari anak kecil yang masih berusia lima tahunpun ikut juga melaksanakan, yang paling membanggakan adalah mereka para remaja yang berusia 15-20 tahun banyak juga yang ikut menikmati acara malam jum’at manis itu, keberhasilan kyai dalam merangkul para remaja untuk ikut serta dalam acara malam jum’at manis ini adalah tak jauh dari ide beliau yang mana beliau sangat memuliakan kaum remaja, dan menjadikan remaja tim hadrah untuk mengisi acara tersebut baik menjadi vokalis maupun penabuh, hingga bisa dikatakan didaerah grujugan kidul terutama dilingkungan pesantren Nurul Islam mayoritas para remajanya tidak keluyuran atau melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat karena oleh pak kyai dirangkul untuk menjadi tim hadrah atau sholawat di pondok pesantrennya.

Tak jarang pak kyai mengundang penceramah dari luar desa bahkan luar kota, berhubung pak kyai mempunyai banyak kerabat yang berasal dari bangsawan (bangsa kyai), tak sulit bagi beliau untuk mendatangkan para habib-habib ternama. Beliau pernah mengundang KHR. Muhammad Kholil As’adpengasuh pondok pesantren Wali Songo-Situbondo, pada malam itu masyarakat sangat senang dan berebutan untuk mendengarkan tausiyah dari beliau, karena beliau termasuk salah satu kyai yang diidolakan oleh sebagaian besar masyarakat, sempat halaman Pondok Pesantrn Nurul Islam kebanjiran para jamaah, sekalipun hujan mereka tetap menikmati dan semangat mereka tak luntur untuk mendengarkan ceramah dari beliau yang sesekali diimbangi dengan motivasi dan humor. Suatu tradisi yang sangat unik bukan? Manfaatnya sangat banyak, mulai dari nilai rohani maupun jasmani, menambah ketaqwaan kita kepada Allah swt, menambah kecintaan kepada Rasulullah saw, menjadi pribadi yang lebih religius, serta membangun karakter yang islami pada setiap remaja.

 Oh iya sahabat kembali kepada air yang dibawa oleh masyarakat, setelah acara selesai air tersebut diambil kembali dan dibawa pulang, jangan takut tertukar ya sahabat karena para pemilik air sudah memberikan tanda masing-masing disetiap air yang mereka bawa, tak jarang dari mereka memberikan air tersebut pada keluarga yang sakit, karena mereka beranggapan air itu sangat mujarab karena diisi dengan do’a dan sholawat bersama.

Penulis beranggapan bahwa tradisi ini sangat erat kaitannya dengan islam nusantara, sebuah tradisi klasik namun dimodifikasi menjadi sebuah acara yang modern dan cukup menarik terutama lebih mengedepankan peran para remaja untuk terlibat menjadi anggota yang sangat urgen dalam acara tersebut sehingga mereka memiliki rasa tanggung jawab yang besar, dan ini merupakan perpaduan (dialog) antara ilmu pengetahuan dan islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun