Mohon tunggu...
Yuliyan Suryo
Yuliyan Suryo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

pemuda biasa dengan mimpi luar biasa kunjungi blog saya di www.mynameisan.blogspot.com dan www.wartayan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sindrom Galau BBM

29 Maret 2012   13:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini topik yang banyak dibahas adalah tentang rencana kenaikan BBM. Mulai dari koran , majalah, berita di tivi sampai acara infotainment pun secara kompak membicarakan hal serupa. Jaman semakin susah tampaknya, niat pemerintah sih baik agar subsidi lebih tepat sasaran. Yang jadi keraguan adalah apa oknum yang melaksanakannya punya niat yang baik juga? Nah, pada kesempatan ini saya akan mencoba mengamati dampak rencana kenaikan BBM lewat account facebook. Mencoba mambaca status teman terkait hal ini. Secara garis besar saya bisa menyingkatnya dengan judul “sindrom galau BBM”. Ini dikarenakan banyak teman-teman saya yang biasanya unyu-unyu menjadi berubah. Ada yang jadi mellow, beringas dan tak jarang banyak yang kebingungan seperti ayam kehilangan induknya. Okay sebelum saya mulai meracau tak jelas berikut laporan lengkapnya yang berhasil saya rekap.

Yang pertama ada foto lucu tentang pak SBY yang minta maaf sama mawar gara-gara mau menaikkan harga BBM. Asli lucu bikin saya ketawa ngakak enam puluh detik penuh hahahahaha. Nggak tahu juga siapa yang bikin tapi ini nggak ada maksud buat menyinggung lho... Tampaknya warga FB mulai kacau sampai bikin poster lucu kayak gini. Ya setidaknya ini adalah cara buat  menghibur diri atas rencana kenaikan BBM secara damai bin komedi. Masih mending tho daripada ngebakar foto presiden sambil demo anarkis. Saya juga agak resah sebenarnya kalau ngebahas demo kayak gini, apalagi kalau demonya pakai ngerusak fasilitas umum. Udah tahu pejabatnya banyak yang korup ehh fasilitas umum dirusakin lagi. Tahu nggak sob, ini bisa jadi ladang korupsi buat para petinggi yang dapat tugas buat membangun fasilitas itu tadi. Parahnya lagi ada beberapa mahasiswa yang melakukan tindak anarkis saat demo. Sumpah miris plus dongkol. Katanya manusia berpendidikan kok kayak gitu cara demonya. Nih, ada beberapa status teman yang membahas soal demo kenaikan BBM.
Ini adalah status teman yang agak pesimis dengan keampuhan demo yang terjadi. Ya sejujurnya saya juga nggak terlalu setuju dengan cara ini. Kalau boleh usul nih, daripada ikutan demo nggak jelas mending bikin eksperimen buat nemuin formula pengganti BBM biar ada solusi.
Hmm kalau yang satu ini ada benarnya juga... Kenapa ya kalau harga BBM naik pada demo terus kalau harga rokok naik semua adem ayem. Saya bukan perokok jadi saya serahkan saja pengusutan ini pada perokok-perokok Indonesia. Secara hukum sebab musabab kalau harga BBM naik maka harga makanan dan yang lainnya ikutan naik karena faktor transportasi. Lha para supir pengantar makanan dan bahan sembako itu khan sebagian besar perokok jadi mestinya mereka demo juga dong kalau harga rokok naik (maaf saya bukan memprovokasi keadaan) karena selama perjalanan mengantar barang khan harus ngerokok jadi itungan ongkosnya nambah.
Waduh teman satu ini agak bingung ternyata. Gini ya.. kalau demonya bakar steak campur paprika sama sayuran namanya jadi demo masak barbeque mas...
Wah kalau yang satu ini agak keras nih.... Tapi saya yakin maksudnya baik. Okay acuhkan kalimat pertamanya mari bahas kalimat kedua di status tersebut. Kalau kita berpikiran produktif dan kreatif pasti banyak peluang usaha yang bisa dikembangkan dan diciptakan sehingga kenaikan harga tentunya tidak jadi masalah karena dengan kenaikan harga BBM maka otomatis gaji atau pendapatan sudah sewajarnya naik. Ya harapan saya semoga lapangan pekerjaan dan kesejahteraan semakin meningkat sehingga daya beli masyarakat juga membaik amin. Demikian laporan saya langsung dari depan monitor. Semoga jadi atau tidaknya BBM naik saya cuma berharap kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia amin. Sekian terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun