Namaku Nodes Cool. Terdengar aneh memang tapi inilah nama yang diberikan kedua orangtua yang sangat menyanyangiku. Nodes adalah singkatan dari November dan Desember. Aku lahir di antara keduanya.
Menurut cerita, ibu merasakan kontraksi yang sangat hebat mendekati tengah malam. Bisa dibilang setengah tubuhku lahir di akhir November dan setengahnya lagi di awal Desember. Namun di akte kelahiran tercatat 1 Desemberlah hari kelahiranku. Jadi perayaan ulang tahunku selalu diadakan tengah malam untuk mengingat persalinan di antara kedua bulan itu.
Cool, itu bukan nama ayah atau leluhurku. Aku lahir saat dunia mulai menggila, di saat sebagian besar manusia tak hanya hidup di dunia nyata tapi juga dunia maya. Jejaring sosial telah menjadi budaya baru. Internet membuat dunia begitu transaparan sebening kaca. Menurut pamanku, nama cool ini dipakai oleh ayah ketika mendekati ibu via chatting. Erick Cool begitulah ayah menyebutkan namanya.
Pertemuan orangtuaku tak luput dari boomingnya facebook. Awal pertemuannya pun dari situs jejaring sosial yang melegenda itu. Ayah penasaran dengan gadis yang mengaku bernama Mitha Imut. Gadis tersebut selalu memberikan komentar setiap kali ayah nimbrung di komunitas insomnia di facebook.
Ayahku mengidap insomnia berat. Setiap hari dia baru bisa tidur setelah matahari terbit. Entahlah, secara medis dokter pun tidak bisa memastikan penyebabnya dan tidak bisa juga menyembuhkan penyakit tersebut. Karena itulah ayah menjadi vampire gadungan semenjak muda. Untunglah ayah mendapatkan pekerjaan yang tidak mengharuskannya untuk pergi ke kantor setiap pagi. Ayah adalah seorang penulis. Kerjanya lebih banyak ia habiskan di rumah, di sebuah ruang kecil dekat dapur yang ia buat sendiri dari sekat kayu.
Kembali lagi ke Mitha Imut si gadis misterius yang akhirnya menjadi ibuku. Pemilihan nama imut dibelakang nama ibuku bukanlah sesuatu yang direkayasa. Ibu memang imut, tubuhnya kecil, tingginya hanya 155cm dan wajahnya awet muda terkesan chubby menjurus baby face. Ya gambaran seperti itulah ketika aku melihat foto ibu waktu muda dulu.
Boleh dibilang sewaktu muda ibu terjangkit virus eksis di jejaring sosial. Pokoknya tiada waktu tanpa facebook, twitter, myspace dan lain sebagainya. Follower di twitter ibu banyak bahkan menyaingi Lady Gaga si penyanyi fenomenal kala itu. Ibu memang terkenal sebagai pribadi yang ramah dan gampang bergaul tak heran selain sukses berteman di dunia nyata dia juga sukses berteman di dunia maya.
Komunitas Insomnia adalah tempat yang paling sering dikunjungi ketika ibu membuka account facebooknya. Ya itu karena ibulah yang membuatnya. Dari sanalah ibu dan ayah berkenalan. Ibu tertarik dengan postingan ayah di komunitas tersebut. Sebagai seorang penulis ayah selalu menshare tulisan di blognya di komunitas itu. Tulisan ayah banyak membahas masalah remaja dan keluarga, blognya bernama “Teman Insomnia”.
Tulisan ayah memang lucu, tata bahasanya sangat menarik terutama pemilihan dan permainan kata dengan nada senada yang membuat orang senang ketika membacanya. Bahasanya pun sangat sederhana tanpa tetek bengek yang membuat orang jadi neg.
Karena itulah ibu selalu menanti postingan dari ayah. Tak ada postingan yang tak dikomentari oleh ibu. Ibu memang cukup kritis dalam berkomentar. Kadang ayah dibuat kebingungan dengan tanggapan ibu. Tak jarang di antara mereka terjadi perdebatan panjang. Sebuah perdebatan yang akhirnya mengantarkan mereka pada sebuah hubungan percintaan.
Setelah beberapa bulan bercengkrama di dunia maya maka ayah dan ibu memutuskan untuk copy darat. Sebuah café kecil dengan teras terbuka dipilih ayah dan ibu sebagai tempat ketemuan.
Ada sebuah kejadian aneh terjadi. Menurut perjanjian ayah akan memakai kaos warna biru dan ibu warna pink. Tapi gara-gara ada peristiwa heboh “tragedi pernikahan Rachmad” membuat ibu dan ayah saling mengakali satu sama lain agar tidak tertipu. Mereka datang dengan pakaian yang tak sesuai dengan perjanjian.
Ibu mengamati setiap pemuda yang datang dari pojok café. Kebetulan café sedang rame. Banyak orang beralu lalang datang dan pergi tapi Erick Cool tak kunjung datang hingga semua meja terisi penuh oleh pengunjung. Hopeless begitulah perasaan ibu, dia merasa dibohongi. Tiba-tiba seorang pemuda datang menghampiri ibu.
“Maaf boleh saya duduk sini, bangku yang lainnya penuh”.
“Silahkan,” kata ibu.
“Suka chatting juga ya?,” ayah memulai pembicaraan sambil menatap ibu yang tengah asyik larut dengan tablet mungilnya.
“Iya nih juga lagi nunggu temen buat copy darat tapi kayaknya dia nggak datang,” jawab ibu.
“Wah sama dunk, senasib. Dari tadi aku nyari, temenku juga nggak datang. Ya aku juga sich yang salah pakai baju nggak sesuai dengan perjanjian…,”
Belum sempat ayah menuntaskan kalimatnya ibu sudah memotong pembicaraan, “Kamu harusnya pakai kaos warna biru khan?”
Ayah yang kaget menjawab penuh keluguan, ”Kok tahu?”
“Sorry aku juga nggak pakai kaos warna pink seperti yang kujanjikan,” jawab ibu sembari tertawa kecil dan tersipu malu.
“Hahahhahahhaha, ” begitulah tawa keduanya menanggapi kejadian konyol tersebut.
Akhirnya menikahlah mereka sebulan setelah pertemuan di café tersebut. Dan sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi mungil dengan bobot 2,8 kg yang tak lain adalah aku. Perkenalkan namaku Nodes Cool. Nodes dari November Desember dan Cool adalah nama account facebook ayahku. Aku lahir saat dunia mulai menggila, di saat sebagian besar manusia tak hanya hidup di dunia nyata tapi juga dunia maya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H