Mohon tunggu...
Yani Nur Syamsu
Yani Nur Syamsu Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Biografometrik Nusantara

Main ketoprak adalah salah satu cita-cita saya yang belum kesampaian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Bhayangkara Ke-76: Polri Presisi, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh

6 Juli 2022   20:05 Diperbarui: 6 Juli 2022   20:07 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Bhayangkara ke 76, yang bertemakan "Polri Presisi Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural  untuk mewujudkan Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh" merupakan momentum yang sangat istimewa. Belum pernah terjadi pada pereode pemerintahan sebelumnya bahwa Jenderal polisi tidak hanya menjadi panglima Kepolisian Negara Republik Indoensia tetapi juga menjadi Menteri Dalam Negeri, dan kepala beberapa lembaga nasional seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Badan Intelijen Nasional, Badan Narkotika Nasional, Badan Urusan Logistik, Direktorat Imigrasi, Badan Nasional Pencegahan Terorisme, termasuk menjadi ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia dan bahkan menjabat komisaris di PT.Perindustrian TNI Angkatan Darat.

Dua keunikan lainnya adalah locus dan tempus upacara. Upacara hari Bhayangkara selama ini selalu dilaksanakan di istana Negara pada tanggal 1 Juli, tetapi upacara hari Bhayangkara ke 76 ternyata dilaksanakan di Akademi Kepolisian Semarang kemarin pagi (Selasa 5 Juli 2024). Tentu saja Inspektur upacaranya tetap Presiden Republik Indonesia Bapak Ir.H. Joko Widodo.

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Drs.Listyo Sigit Prabowo,M.Si, pada uji kelayakan dan kepatutan Calon Kapolri di hadapan Komisi III DPR RI (Rabu, 20/1/2021) memaparkan bahwa " Kepemimpinan Polri 2021 -- 2024 akan dibangun dengan tagline transformasi POLRI PRESISI yang merupakan singkatan dari PREdiktif, responSIbilitas dan transparanSI berkeadilan. Konsep ini merupakan fase lebih lanjut dari POLRI PROMOTER (PROfesional, MOdern dan TERpercaya) yang telah digunakan pada pereode kepemimpinan sebelumnya, dengan pendekatan pemolisian berorientasi masalah (problem oriented policing). Dalam kepimpinan POLRI PRESISI, ditekankan pentingnya kemampuan pendekatan pemolisian prediktif (predictive policing) agar Polri menakar tingkat gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat melalui analisis berdasarkan pengetahuan, data dan metode yang tepat sehingga ancaman dan gangguan tersebut dapat dicegah sedini mungkin. Kata responsibilitas dan transparansi berkeadilan menyertai pemolisian prediktif yang ditekankan agar setiap insan Bhayangkara mampu melaksanakan tugas Polri secara cepat dan tepat, responsiv, humanis, transparan, bertanggung jawab dan berkeadilan. (KompasTV.20/01/2021).

Kata PRESISI sendiri secara harfiah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) ketepatan atau kecermatan dan (2) ketelitian. Jadi presisi mengandung makna cermat dan teliti.  Ibarat tembakan pada papan tembak, lima tembakan yang menyebar diseluruh papan tembak adalah tembakan yang tidak cermat dan tidak teliti, tembakan yang cermat tetapi tidak teliti adalah tembakan yang terkumpul tetapi menembus area lingkaran terluar (nilai 1), sedangkan tembakan yang presisi atau cermat sekaligus teliti adalah tembakan yang terkumpul di area lingkaran terkecil/terdalam (nilai 10).

Begitulah PRESISI baik sebagai singkatan maupun sebagai suku kata menuntut kecermatan sekaligus ketelitian. Presiden dalam arahannya menyatakan secara tegas bahwa kewenangan sangat luas yang diemban Polri mengandung konsekwensi bahwa bukan hanya pengamat dan pemerhati kepolisian tetapi seluruh rakyat Indonesia memfokuskan pandangan matanya pada kinerja kepolisian. Presiden mengapresiasi bahwa berdasarkan survey oleh Litbang Kompas terbaru : 58,3 % responden menyatakan pelaksanaan tugas Polri telah presisi, namun demikian Presiden tetap memerintahkan Polri untuk terus memperbaiki kinerja karena masih ada 28,6 % responden yang menyatakan Polri belum presisi. Hal tersebut mewajibkan Polri untuk dengan lapang dada menerima kritikan yang datang dari manapun. Kemudian berusaha memperbaiki kinerja agar semakin dekat dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Kondisi saat ini, dimana Jenderal Polisi dipercaya menjadi pimpinan dari beberapa institusi non kepolisian, mengingatkan penulis pada slogan polri puluhan tahun lalu, open (bahasa jawa, e dibaca seperti orang menyebut Klaten, yang berarti memberi perhatian yang sungguh terhadap semua permasalahan masyarakat, baik persoalan remeh temeh maupun yang sangat serius). Ya kala itu, pimpinan Polri mengharuskan seluruh anggota Polri betul betul menjadi problem solver, mulai dari menemukan ayam milik masyarakat yang hilang sampai menanggulangi terorisme.

Polri open yang presisi telah membuktikan perannya dalam penanggulangan pandemi Covid 19 yang melanda dunia termasuk Indonesia. Seluruh anggota Polri dengan penuh semangat ikut ambil bagian dalam semua rangkaian kegiatan mulai pendataan warga yang positif terpapar virus Covid, memfasilitasi isolasi mandiri dan isolasi terpadu, pengobatan dan penyembuhan, serta pelaksanaan vaksinasi secara nasional. Pada waktu itu, Kapolri memberi target kepada seluruh Kapolda untuk menggenjot capaian pemberian vaksin gratis kepada masyarakat di daerahnya masing-masing. Setiap minggu minimal 1 kali dilaksanakan analisis dan evaluasi secara nasional terhadap pencapaian vaksinasi. Tidak kurang presiden Republik Indonesia, Bapak Ir.H.Jokowi menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Polri atas peran serta dan kerja keras jajaran Polri, tentu saja bersama aparat terkait lainnya seperti TNI dan kementerian kesehatan, dalam menangani pandemi covid-19. Apresiasi ini disampaikan secara ekplisit oleh presiden baik pada Upacara Hari Bhayangkara ke 75 maupun yang ke 76 hari Selasa kemarin.

Prestasi tersebut tentu saja merupakan modal penting untuk lebih baik dan lebih presisi lagi di masa-masa yang akan datang.

Menjadi polisi PREDIKTIF mengharuskan Polri tidak saja mampu terus mempertajam kemampuan deteksi dini tetapi juga mampu memanfaatkan kemajuan iptek termasuk memanfaatkan hasil-hasil survey terkait dengan kondisi kamtibmas terkini. Bahkan Polri dituntut mampu mendeteksi atau memprediksi jenis-jenis kejahatan baru yang kemungkinan bakal muncul sehingga bisa merencanakan teknis penanggulangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun