Mohon tunggu...
yanse arfinando
yanse arfinando Mohon Tunggu... Administrasi - Lebih berbahagia memberi daripada menerima

Pemerhati lingkungan dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Ada Sinterklas Saat Natal?

22 November 2019   08:43 Diperbarui: 25 November 2019   08:10 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti biasanya memasuki bulan Desember menjelang Natal di kebanyakan tempat di penjuru dunia ini kita akan mendapati sosok pria tua gemuk berbaju merah dengan rambut dan janggut putih yang tebal.  Kita sering menyebutnya Sinterklas atau Santa Claus.  Gambarnya banyak terpajang di pusat-pusat  perbelanjaan bahkan di gereja-gereja pada spanduk atau undangan dan buku acara perayaan Natal.

Di Indonesia kita lebih akrab menyebutnya Sinterklas. Mengapa? Karena ternyata tradisi Sinterklas diwarisi dari Belanda yang memang sempat lama menjajah Indonesia.  Di Belanda, hingga saat ini setiap tanggal 5 Desember dirayakan sebagai hari Sinterklas (Sinterklaas Dag).   Menurut tradisi Belanda, Sinterklas adalah sosok nyata yaitu Santo Nicholaus yang hidup pada tahun 270-343 M dan setiap tahun datang dari Spanyol ke Belanda untuk membagi-bagikan hadiah buat anak-anak.

Nah tradisi perayaan Hari Sinterklas ini menyebar ke Amerika Serikat saat Belanda dahulu pada abad ke-17 menduduki New York yang saat itu bernama New Amsterdam.  Dalam perkembangannya di Amerika Serikat Sinterklas berubah menjadi Santa Claus yang tinggal di Kutub Utara berkendara kereta salju yang ditarik oleh rusa membawa hadiah untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak yang berkelakuan baik. Sosok Santa Claus inilah yang kemudian tampak lebih populer bahkan dikomersialkan dengan produk dagang seperti Coca-Cola dan banyak Film produksi Hollywood.

Namun yang patut kita renungkan apa sih sebenarnya hubungan NATAL dengan Sinterklas atau Santa Claus?

Sejatinya Natal adalah perayaan kelahiran Yesus Kristus yang dirayakan umat Kristen setiap tahunnya pada tanggal 25 Desember.  Tampilnya sosok Sinterklas atau Santa Claus pada pada masa raya Natal  sepanjang bulan Desember tidaklah terlepas dari riwayat perayaan hari Sinterklas pada tanggal 5 Desember sebagaimana telah disampaikan di awal tulisan ini. 

Dua momen berbeda dirayakan pada saat berdekatan pada bulan yang sama. Begitu berdekatan bahkan sering beiringan.  Sehingga setelah melewati masa bertahun-tahun bahkan berabad-abad, akhirnya lumrah di(salah)pahami bahwa Natal identik dengan Sinterklas, bukan hanya bagi orang awam tetapi juga bagi banyak umat Kristen.

'Parahnya' saat perayaan Natal atau cerita Natal justru tokoh Sinterklas lebih menonjol, sementara Sang Tokoh Utama Natal yang sesungguhnya yaitu Yesus Kristus terpinggirkan .  Ibarat perayaan pesta ulang tahun tanpa kehadiran orang yang berulang tahun.

Bahaya bagi gereja adalah bila generasi belianya, yaitu anak-anak kecil, saat Masa Raya Natal justru lebih mengingat Sinterklas daripada Yesus Kristus.   Padahal Sinterklas hanya bisa memberi permen, kue, baju, sepatu, mainan yang sifatnya sementara/fana.  Sementara Yesus Kristus adalah 'Hadiah Terindah' dari Allah bagi dunia.   "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16, TB - LAI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun