Peristiwa menarik terjadi saat Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto meninjau panen raya padi di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen pada hari Kamis (9/3/2023). Mereka berdua terlihat berjalan bergandengan tangan sambil tertawa menyusuri tepi sawah. Media ramai meliput dan menjadikan berita tersebut sebagai hot issue pada minggu ini. Sebenarnya peristiwa ini adalah hal yang wajar, Prabowo hadir dalam kapasitasnya sebagai Penanggung Jawab Ketahanan Pangan termasuk proyek food estate atau lumbung pangan. Sedangkan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur sekaligus tuan rumah yang melaksanakan acara panen raya tersebut. Namun, berita ini menjadi trending karena kedua pemimpin adalah bakal Capres yang memiliki elektabilitas tertinggi.
Wajar, jika momen ini menjadi perbincangan publik. Isu kemudian berkembang bahwa kedua calon memang sengaja disokong (endorse) oleh Presiden Jokowi sebagai pemimpin yang akan menggantikannya. Tidak berhenti disitu, sahut menyahut di medsospun menjadi ramai, terkait siapa yang akan menjadi Capres atau Cawapresnya. Ada yang bilang Prabowo capresnya, namun ada lagi yang lain ngotot dan minta capresnya adalah Ganjar.
Terlepas dari hiruk-pikuk perbincangan tersebut, pilpres 2024 adalah kesempatan atau momen untuk menyatukan rakyat ini kembali. Mempersatukan Cebong dan Kampret adalah suatu kebutuhan bagi bangsa Indonesia, agar melalui pemilu yang merupakan pesta rakyat bisa dinikmati dengan suasana riang dan gembira. Bergabungnya Prabowo-Sandi termasuk partainya yaitu Gerindra ke dalam pemerintahan Jokowi, adalah kemenangan bagi rakyat Indonesia. Praktis, ungkapan cebong dan kampret perlahan hilang dan mereka yang berbeda mulai melebur kembali di masyarakat.
Keuntungan bila kedua pasangan ini digabungkan, maka hitungan matematisnya adalah kedua pasangan menjadi " Seng ada Lawan". Pengamat memprediksi jikapun muncul lawan, maka pilpres akan tetap berlangsung satu putaran. Selain hitung-hitungan keduanya memiliki elektabilitas tertinggi. Hitungan lainnya adalah kedua basis massa yang mereka miliki tidak beririsan, bahkan akan saling melengkapi. Ganjar kuat di Jateng dan Jatim serta Indonesia Timur, maka Prabowo akan menambah suara di Jawa Barat, Jakarta, Banten dan sebagian Sumatera.
Mewujudkan keinginan ini, bukanlah perkara mudah atau sekedar membalikkan telapak tangan. Â Ganjar hingga saat ini belum mendapat tiket capres dari partainya yaitu PDIP. Pilihan atau skenario berikutnya yang ideal adalah Puan-Prabowo. Puan sebagai trah Soekarno tentunya basis massa kurang lebih sama dengan Ganjar Pranowo. Walaupun resistensi terkait calon pemimpin perempuan bisa saja dimunculkan oleh lawan politik. Meminimalisir kemungkinan itu bisa saja Puan ditempatkan sebagai Wakilnya dan Prabowo sebagai Capresnya. Beda hitungan jika Ganjar yang maju. Ganjar lebih memiliki nilai jual yaitu elektabilitas yang tinggi sehingga pantas dijagokan sebagai RI-1.
"Politik adalah suatu seni merangkai dari yang tidak mungkin menjadi mungkin dan nyata"
Salam Demokrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H