Wacana penundaan pemilu telah menggaung di seantero negeri ini. Publikpun dikejutkan oleh pernyataan Cak Imin, Sang Ketua Umum PKB. Nama Cak Imin seketika mencuat dan melambung menjadi headline berbagai media. Walau wacana ini belum mampu untuk mendongkrak elektabiltas. Namun, lumayan untuk meningkatkan cakupan seorang figur yang dikenal oleh masyarakat. Maklum, akhir-akhir ini Cak Imin atau Muhaimin Iskandar jarang terlihat oleh publik. Cak Imin sebagai Wakil Ketua DPR, terkesan ingin  bersembunyi dibalik bayang-bayang Ketua DPR nya, Puan Maharani.
Berhasil atau tidaknya wacana ini, masih tergantung pada keputusan partai-partai lainnya di MPR. Kepiawaian berpolitik seorang Cak Imin tak perlu diragukan lagi. Perannya terhadap keberhasilan kepemimpinan Jokowi, patut diacungi jempol. Hal ini terlihat, saat kontrak politik yang dilakukan oleh PKB untuk mendukung Jokowi maju pada Pilpres 2014. Masalah kurikulum pendidikan dan peningkatan fasilitas pesantren serta pemberdayaan ekonomi umat, tercantum dalam kontrak tersebut. Setelah terpilih menjadi Presiden, Jokowipun melaksanakan kewajiban janjinya. Salah satunya lewat menetapkan Hari Santri Nasional tiap 20 Oktober. Peran ulama dalam gerakan perjuangan kemerdekaan secara perlahan tapi pasti mulai masuk ke dalam pelajaran sekolah. Pemberdayaan ekonomi umat melalui program koperasi pada berbagai pondok pesantren telah dikembangkan. Peran penting lainnya adalah kehandalan Cak Imin, untuk menempatkan warga Nahdliyin sebagai calon Wakil Presiden periode 2019-2014 yaitu, KH Ma'ruf Amin.
Duet Puan Maharani dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) pada pilpres 2024, merupakan keniscayaan. Puan yang representatif "Nasionalis" dengan Cak Imin yang merupakan representatif "Agamis", adalah calon yang layak dan ideal. Â Puan sebagai calon yang berasal dari partai pemenang pemilu perlu bergandengan dengan tokoh atau ulama sebagai representatif umat. Tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas pemilih di bangsa ini adalah umat Islam. Ketokohan Cak Imin diperkirakan mampu mengambil ceruk suara tersebut, sebagaimana KH Ma'ruf Amin yang berpasangan dengan Jokowi. Isu-isu sentimen keagamaan yang biasa muncul dan dimainkan oleh lawan politik menjelang pemilu akan berkurang dan bisa diredam.
Kerjasama kerja, bukanlah penghalang bagi keduanya. Puan dan Cak Imin merupakan Ketua dan Wakil Ketua sesuai tugas mereka saat ini di Dewan Perwakilan Rakyat  (DPR). Komunikasi politik lebih mudah dibangun, karena sudah sering bertemu. Koordinasi kerja dalam melahirkan Undang-Undang seperti UU Ciptaker dan UU Ibukota Negara (IKN) sudah pernah dilakukan. Hal ini merupakan "success story" dan modal dasar yang dapat digunakan jika terpilih dalam Pilpres 2024, kelak.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan PKB sangatlah mudah untuk berkoalisi karena memiliki kesamaan pandangan dalam kebangsaan. Kebersamaan ini dapat membuat koalisi pemerintahan yang kuat dan berjalan efektif. Kerjasama kedua partai juga telah dilakukan, melalui koalisi selama 2 masa pemerintahan dan terbukti berhasil. Keberhasilan pemerintahan saat ini, tentunya juga ada peran partai Golkar, Nasdem, Gerindra, PPP dan lainnya.
Jalan yang ditempuh memang masih terjal. Beberapa pengamat bahkan pesimis dengan cikal bakal lahirnya pasangan ini. Maklum, Puan seorang perempuan dan Ibunya sendiri sempat gagal waktu mencalonkan diri jadi Presiden, mungkin karena terganjal isu ini di MPR. Namun ingat, ini adalah pemilihan rakyat secara langsung. Rakyat bebas memilih siapa saja, yang terpenting kandidat dekat dan berada dihati pemilihnya. Seorang Puan Maharani masih punya waktu untuk merebut hati dan menyapa rakyat melalui turun langsung ke konstituennya.
Jokowi memiliki peran sentral dalam proses regenerasi kepemimpinan tahun 2024. Bila Jokowi mampu mengkonsolidasikan semua partai yang pernah mendukungnya dan melahirkan satu pasangan calon. Tidaklah mustahil calon yang diumumkan dan didukung Jokowi tersebut akan berhadapan dengan kotak kosong seperti pada pilkada (jika boleh diibaratkan). Namun tidak mungkin karena perlu minimal 2 pasangan calon yang berkompetisi.
Selain berpengalaman dibidang legislatif, keduanya juga memiliki pengalaman dibidang ekskutif. Pengalaman pemerintahan, Ibu Puan pernah menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia antara 2014 hingga 2019. Muhaimin Iskandar, juga penah dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyo (SBY) menjadi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi periode 2009-2014. Segudang prestasi dan pengalaman ini dapat digunakan untuk memimpin negara ini, semoga...
Salam Merdeka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H