Mohon tunggu...
Yansean Sianturi
Yansean Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - learn to share with others

be joyfull in hope

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika "Moeldoko" Cawapres Jokowi 2019, Akan Munculkah "Poros Baru"?

2 Maret 2018   04:15 Diperbarui: 4 Maret 2018   00:32 2202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
:https://palembangpro.com/asset/foto_berita/bangun-jalan-depan-mabes-tni-jokowi-datangi-jenderal-moeldoko.jpg

Ramainya pembicaraan mengenai siapa yang layak sebagai Cawapres Jokowi pada Pilpres tahun 2019, menimbulkan berbagai prediksi mengenai skenario jumlah kontestan Capres/Cawapres. Apakah pasangan yang terbentuk nanti, hanya calon tunggal, dua calon atau tiga calon? Mengutip pernyataan Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Akbar Tandjung yang mengatakan: Airlangga memang berpeluang maju sebagai Cawapres. 

"Kalau ketum partai tentu memiliki peluang, karena dia merupakan tokoh dan posisi tertinggi di dalam partai," kata Akbar saat menghadiri salat Istigasah di DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Jakarta Barat, Rabu (Detiknews.com,28/2/2018). Sementara itu, pembicaraan mengenai kesediaan Wapres Jusuf Kalla untuk maju kembali sebagai Cawapres Jokowi periode kedua juga semakin hangat di media massa.

Berbicara Cawapres Jokowi, maka publik akan melihat beberapa nama calon yang potensial, sebut saja dari partai pendukung Pemerintah yaitu: Muhaimin Iskandar (PKB), Wiranto (Hanura), Surya Paloh (Nasdem) dan Romahurmuziy (PPP) serta beberapa kandidat lainnya. Partai Kebangkitan Bangsa bahkan lebih awal mendeklarasikan "Cak Imin" sebagai Cawapres yang akan diusung dan hingga saat ini belum menentukan siapa calon Presidennya. Sebaliknya, beberapa hari ini Partai Hanura juga ingin mencalonkan kadernya sesuai yang  disampaikan oleh Ketum Oesman Sapta dalam sambutannya di acara syukuran kelolosan Partai Hanura sebagai peserta Pemilu 2019. "Dari pandangan dan komitmen saya, sudah pantas saya mengatakan Pak Wiranto adalah calon saya menjadi wakil presiden," kata Oesman Sapta di kediaman pribadinya, Kuningan, Jakarta, Kamis (Kompas.com,22/2/2018).

Berdiskusi mengenai jabatan Capres dan Cawapres, berarti membicarakan  tentang bagaimana merebut dan mempertahankan kekuasaan yang identik  serta sarat dengan berbagai kepentingan. Perbedaan kepentingan dari  masing-masing partai tidak dapat dihindari, karena adanya perbedaan  ideologi yang digunakan sebagai cara untuk mensejahterakan dan  memakmurkan rakyat. Partai Kebangkitan Bangsa hingga saat ini, terlihat belum  mendukung salah satu kandidat Capres dan berpotensi untuk membentuk  poros baru.  Hal ini bisa terjadi, jika pada Pilpres mendatang "Cak Imin" tidak terakomodasi pada salah satu blok, apakah itu Cawapres Jokowi maupun Cawapres Prabowo. Perolehan suara PKB yang signifikan sebesar 9,04 persen pada Pemilu  2014 merupakan modal yang dapat dipakai untuk membentuk "Poros Baru",  tentunya dengan mengajak dua atau tiga Parpol lainnya untuk bergabung. Peranan PKB sejak era Gus Dur hingga sekarang dalam mendorong dan meningkatkan demokratisasi di Bangsa ini, tidak dapat diragukan lagi.

Banyaknya Cawapres potensial dan mumpuni di koalisi pendukung Jokowi pada satu sisi memang sangat menguntungkan, tetapi disisi lain akan membuat dilema posisi Jokowi. Dilema, Jika harus memilih, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan pecah "kongsi" koalisi partai Pemerintah sehingga memerlukan alternatif baru. Kemungkinan alternatif yang dapat diambil untuk menghindari konflik di tubuh partai pendukung Jokowi, sebagai jalan tengahnya adalah:  

 "tidak memilih satupun calon dari Parpol Koalisi".

Pilihan ideal dan netral kemungkinan jatuh pada kalangan profesional, termasuk dari kalangan ekonom, militer, atau tokoh ulama. Memilih "Jendral Purn. Moeldoko" merupakan cara atau alternatif lain yang dapat diambil untuk menghindari kebuntuan dan semoga dapat diterima semua pihak. Jabatan sekarang sebagai Kepala Staf Presiden di Kabinet Kerja Jokowi,  tentunya akan membuat interaksi dan komunikasi keduanya semakin rutin serta merupakan modal awal terciptanya saling pengertian. Pengalaman Moeldoko sebagai Panglima TNI, dikenal dekat dengan semua kalangan termasuk para politisi. Kelebihan lainnya, bila head to head kembali dengan Prabowo yang berlatar belakang militer, Moeldoko memiliki nilai tambah karena pernah menduduki puncak karier militer tertinggi. Apalagi, semasa menjabat sebagai Panglima, Moeldoko  telah bekerja dengan baik hingga memasuki usia masa pensiun (purnawirawan) tetap mengabdi pada Bangsa dan Negaranya.

Jika, Moeldoko sebagai Cawapres Jokowi yang dikenal dekat dengan kalangan santri, Apakah benar PKB akan tetap membentuk "Poros Baru"? 

Mari, sama-sama kita nantikan

Salam Demokrasi

sumber gambar :http://palembangpro.com/asset/foto_berita/bangun-jalan-depan-mabes-tni-jokowi-datangi-jenderal-moeldoko.jpg 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun