Mohon tunggu...
Yansean Sianturi
Yansean Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - learn to share with others

be joyfull in hope

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Banjir Jakarta sebagai Komoditas Kampanye

16 Februari 2018   06:00 Diperbarui: 17 Februari 2018   11:39 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: detiknet.id

Jika berbicara mengenai komoditas, mungkin yang terbayang dalam benak seseorang adalah produk yang dihasilkan atau produk yang akan dijual. Produk akan menghasilkan keuntungan bila ada selisih lebih antara harga penjualan terhadap biaya yang dikeluarkan pada saat produksi termasuk didalamnya biaya hingga barang diterima oleh konsumen. Kampanye sebagai sarana demokrasi tidaklah bisa hidup di ruang hampa, tetapi kampanye  juga dipengaruhi dan mempengaruhi bidang lainnya termasuk pada kalkulasi laba-rugi. Seorang pebisnis mesti lihai melihat peluang dan bisa memanfaatkan kesempatan serta mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi. Saat masa kampanye, masalah pencegahan dan penanganan banjir sebagai komoditas dapat diibaratkan sebagai lahan investasi keuntungan dengan tujuan untuk menambah simpati massa sebanyak-banyaknya.

Layaknya suatu komoditas atau produk, tentu tidak semuanya barang yang diproduksi pasti akan berkualitas, ada juga beberapa yang kurang mutunya sehingga menjadi produk gagal contohnya: komoditas buruk akibat error nya mesin produksi. Komoditas yang yang tidak sesuai standar mutu, maka tidak layak untuk dijual kepada konsumen. Namun dari beberapa produk gagal produksi tersebut biasanya masih ada yang bisa didaur-ulang hingga menjadi produk layak/berkualitas kembali. Bertolak belakang dengan hal di atas,  memang ada juga komoditas yang sama sekali tidak bisa didaur-ulang hingga mesti dimusnahkan supaya tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. 

Jargon kampanye "Banjir Jakarta", ibarat suatu komoditas memang menjadi produk yang bernilai jual dan bisa menghasilkan keuntungan bagi siapapun calon yang menggunakan dan mengeksplorasinya. Keuntungan akan didapat bagi yang pandai mengeksplorasinya karena bisa membangkitkan sentimen positif untuk merebut hati warga sebanyak-banyaknya. Namun, melihat penderitaan masyarakat yang harus mengungsi dan meninggalkan rumahnya, apakah komoditas tersebut secara etika politik dan hati nurani masih bisa untuk dipertahankan? Apakah pemimpin politik memang harus bertindak seperti pebisnis yang mesti lihai memanfaatkan peluang investasi dan meraup keuntungan semata?

"Banjir Jakarta" dipasarkan layaknya suatu komoditas pada saat kampanye yaitu dengan cara memberikan iklan harapan-harapan yang akan diberikan, jika nantinya terpilih. Masyarakat sebagai pemilih telah membeli harapan yang ditawarkan tersebut dengan maksud harapan tersebut bisa segera direalisasikan oleh pilihannya. Ketika harapan tidak bertemu dan tidak sesuai dengan kenyataan, maka akan menimbulkan kekecewaan dari pembelinya yaitu rakyat. Ketika ada barang gagal dalam proses produksi di pabrik biasanya produk tersebut masih bisa didaur-ulang hingga menjadi barang berkualitas dan dapat dipasarkan kembali. Meminjam analogi daur-ulang dalam proses produksi, maka Banjir Jakarta sebagai komoditas juga dapat direkondisi lagi tentunya dengan perbaikan sana-sini. Sebaliknya, jika sudah sampai dan diterima oleh pelanggan yaitu pemilih janganlah menjadi kemasan rusak atau kadaluwarsa (expired date). Komoditas bila telah dipasarkan namun menjadi kemasan rusak atau expired date, maka akan menimbulkan image yang kurang baik terutama bagi brand/merk barang (Banjir Jakarta) yang akan berefek negatif pula pada image perusahaan, yakni partai politik sebagai pengusungnya.

Pada tanggal 15 Februari 2018 kemaren beberapa titik wilayah DKI Jakarta, kembali dilanda banjir sebagai dampak hujan sehari penuh sehingga mengakibatkan beberapa warganya mesti mengungsi ke tempat yang aman. Media sosial beberapa hari ini, kembali diramaikan dengan komentar miring mengenai pelaksanaan atas janji kampanye yang pernah dilontarkan. Pencegahan dan penanganan banjir perlu menjadi fokus kerja agar komoditas tersebut tetap menjadi barang laku di masyarakat dan tidak menjadi produk gagal produksi. Waktu masih panjang dan masih ada kesempatan untuk mengemas komoditas menjadi berkualitas kembali  hingga layak diterima oleh masyarakat terutama yang menjadi korban banjir. 

Komoditas penanganan banjir melalui program sumur resapan di perumahan warga dengan memperbanyak vertical drainase yang akan memasukkan air hujan ke tanah dan bukan dari sungai kemudian dibuang ke laut layak untuk direalisasikan. Naturalisasi air sungai bukan dengan menggusur namun menggeser rumah warga ke rumah berlapis yang lebih layak sudah saatnya untuk dilaksanakan secara bertahap, supaya hasil komoditasnya bisa dinikmati oleh warga Jakarta. Saatnya untuk kerja dan berbenah menunjukkan hasil serta memberikan komoditas kampanye yang baik bagi konsituen, karena dalam kemasan barang  biasanya ada tertera masa berlakunya. Jangan sampai komoditas Banjir Jakarta lewat masa berlakunya dan menjadi produk expired date di masyarakat atau kemasan rusak yang mesti ditarik untuk dimusnahkan di pabrik agar tidak mempengaruhi lingkungan sekitarnya.

Selamat bekerja dan merealisasikan janji

Salam  Demokrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun