Mohon tunggu...
Yohanes Yanris
Yohanes Yanris Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ceria adalah salah satu pilihan di antara banyak pilihan untuk menyikapi keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan (yanris)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada Sesuatu di Ajang Pencarian Bakat Dangdut

8 April 2015   07:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:24 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebelum Anda membaca tulisan ini secara keseluruhan, saya berharap Anda tanamkan dalam diri Anda bahwa tulisan ini hanyalah sebatas tulisan saya semata. Tulisan yang muncul dari pikiran saya dan bukan dari pikiran Anda. Kalau toh ada kesamaan ide, gagasan mungkin saya dan Anda memiliki pandangan yang sama terhadap apa yang akan saya ungkapan dalam tulisan ini. Namun, apabila apa yang saya ungkapkan ternyata tidak sepaham dan segaris dengan apa yang Anda pikirkan, saya berharap Anda dapat memakluminya karena pikiran saya dan Anda berbeda. Nah, saya kira cukup sekian basa-basi dari saya.

Jujur, saya termasuk salah satu orang Indonesia yang kurang begitu gemar terhadap salah satu jenis musik khas Indonesia yang lebih dikenal dengan “Dangdut”. Tidak suka bukan berarti saya menutup diri terhadap musik jenis ini. Saya sekedar tidak menyukai saja. Entah sejak kapan dan dengan alasan apa saya tidak begitu menggemari jenis musik dangdut.

Padahal, bila didengarkan dengan seksama, beberapa syair lagu dangdut memiliki pesan moral yang cukup mendalam, namun tidak sedikit pula yang hanya terkesan asal bunyi, Yang penting eksis. Untuk hal yang satu ini sepertinya hampir semua genre musik mengalami kasus yang sama.

Ternyata di tengah keengganan saya terhadap musik dangdut, justru sesuatu dari dangdut memikat saya untuk menuliskan hal ini. Jadi tulisan ini bukan ditujukan untuk mengomentari musik dangdut melainkan apa yang akan saya bahas berangkat dari dangdut.

Bagi Anda yang memiliki dan sering menyaksikan acara televisi tentu tidak asing lagi dengan acara pencarian bakat. Hampir semua stasiun televisi di Indonesia memiliki acara semacam ini, entah itu untuk mencari bakat penyanyi, bakat unik, lawak, presenter, juru masak, bahkan pengusaha muda. Nah, salah satu acara yang sering tayang di televisi kita adalah ajang pencarian bakat penyanyi dangdut. Sejauh saya ketahui, terdapat dua stasiun televisi yang menayangkan pencarian bakat penyanyi dangdut.

Sesuatu yang menarik perhatian saya bukan pada bagaimana penampilan penyanyi dalam acara tersebut, melainkan pada salah satu bagian acara yang berdurasi cukup lama tersebut. Bagian acara yang saya maksud adalah komentator busana. Setiap kali penyanyi selesai menyelesaikan lagunya dan para juri telah selesai mengomentari biasanya tampil seorang ahli busana yang memberikan tanggapan terhadap pakaian yang dekenakan oleh penyanyi tersebut.

Secara sadar atau tidak hal ini telah membawa warna tersendiri dalam balutan acara di stasiun televisi Indonesia. Saya cukup yakin bahwa hal tersebut memang telah ada dalam agenda tim kreatif hanya saya tidak tahu pasti apakah tujuannya. Meskipun saya tidak tahu tujuan sisipan komentar terhadap pakaian para penampil dalam ajang tersebut, faktanya saya tertarik pada bagian ini.Sadar atau tidak, saya sebagai penonton melihat hat tersebut sebagai sebuah warna yang cukup menarik. Mengapa? Ya, karena para penampil diajak untuk menghargai sebuah karya.

Selama ini banyak orang yang tidak tahu orang dibalik tata rias dan busana dalam sebuah pertunjukkan. Kalupun diberitahu mungkin hanya pada credit title di bagian akhir sebuah tayangan. Itupun dengan tampilan yang berjalan cukup cepat dan terkadang tidak terbaca atau bahkan tidak sempat dibaca karena penonton tidak membutuhkannya. Namun, adanya sisipan komentar terhadap tata rias dan busana penampil dalam acara tersebut membawa kesan tersendiri.

Sebagai penonton yang awam terhadap ha tersebut, saya menilai hal ini merupakan salah satu ajang para pegiat tata busana dan tata rias menunjukkan eksistensinya. Hal yang cukup penting adalah pengakuan terhadap sebuah profesi penata rias dan busana.

Selama ini profesi sebagai penata rias dan busana kurang begitu nampak apalagi dalam sebuah tayangan live di televisi. Hal ini berdampak pada kurangnya minat terhadap profesi tersebut. Bahkan terdapat pandangan miring tentang profesi tersebut.

Dengan munculnya sesi komentar terhadap tata rias dan busana dalam ajang tersebut secara tidak langsung telah menunjukkan perang penting profesi tersebut dalam sebuah acara hiburan televisi. Hal ini, entah langsung atau tidak tentu berdampak luas tentunya bagi kelanjutan profesi tata rias dan busana. Hal ini mengingatkan saya akan acara lain yang mencoba mengangkat profesi juru masak. Siapa kira mungkin besok atau lusa atau entah kapan akan muncul sebuah acara bertema mencari bakat-bakat muda dalam bidang desain tata rias dan tata busana. Saya kira acara tersebut akan menarik banyak penggemar mengingat ajang kompetisi masih begitu diminati masyarakat Indonesia. Apalagi dari sisi bisnis saya kira cukup menjanjikan.

Nah, itu yang ada dalam pikiran saya. Kalau Anda berpikir tulisan ini tidak penting maka anggaplah tulisan ini hanya tulisan belaka karena saya juga tidak ingin tulisan ini menjadi begitu penting sehingga membuat Anda mementingkannya di atas kepentingan umum. Baiklah sebelum saya semakin panjang lebar tidak karuan, saya akhir tulisan ini dengan ucapan selamat untuk para desainer rias dan busana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun