Mohon tunggu...
Yan Palupi Ramadhanasari
Yan Palupi Ramadhanasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru sekolah dasar yang sedang bertumbuh dan belajar menulis tentang pendidikan dasar dan usia dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generasi Terproteksi: Antara Kenyamanan dan Kehilangan Semangat Juang

28 Februari 2024   15:18 Diperbarui: 28 Februari 2024   15:20 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah gemerlapnya teknologi dan kenyamanan hidup modern, menjadi orang tua pada era ini sering kali dihadapkan pada dilema antara memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka dan mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerja keras, ketahanan, dan semangat juang. Tak terkecuali dalam pendidikan dasar di kelas 2 SD, di mana kecenderungan orang tua untuk memanjakan anak-anaknya dengan segala kemudahan dan fasilitas bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan karakter anak.

Sebagai orang tua, kita semua menginginkan yang terbaik bagi anak-anak kita. Namun, kadang-kadang, rasa ingin melindungi dan memberikan segala yang mereka butuhkan dapat menjadi bumerang yang tak terduga. Sebuah tren yang semakin terlihat hari ini adalah pola asuh yang berlebihan dalam memberikan perlindungan dan kenyamanan kepada anak-anak, terutama dalam hal pendidikan dasar.

Mengapa ini menjadi masalah? Mengapa memberikan segala kemudahan kepada anak-anak kita bisa menjadi hal yang merugikan bagi masa depan mereka? Mari kita telaah lebih dalam. Pendidikan dasar adalah fase penting dalam pembentukan karakter anak-anak. Di usia kelas 2 SD, anak-anak mulai belajar tentang dunia di sekitar mereka, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan bahkan bagaimana menghadapi tantangan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa yang terjadi ketika anak-anak dikelilingi oleh perlindungan yang berlebihan?

Sebagian besar orang tua yang memanjakan anak-anaknya dengan segala kemudahan dan fasilitas melakukannya dengan niat baik. Mereka ingin melindungi anak-anak dari kesulitan yang pernah mereka alami di masa kecil, atau mungkin mereka ingin memberikan segala yang mereka tak dapatkan pada masa lalu. Namun, tanpa disadari, hal ini dapat mengakibatkan anak-anak kehilangan peluang untuk belajar dari pengalaman dan mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tantangan.

Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang terlalu nyaman dan terlindungi cenderung kehilangan daya juang dan ketahanan. Mereka mungkin menjadi terlalu terbiasa dengan kenyamanan dan tidak menghargai nilai kerja keras. Mereka mungkin menganggap bahwa semua yang mereka terima adalah hak mereka, tanpa memahami usaha yang diperlukan di baliknya.

Mappiare (1982) menyatakan bahwa over protective parenting adalah ketika orang tua terlalu melindungi anak mereka, mengurangi kesempatan anak untuk mengurus dirinya sendiri, membuat rencana, menciptakan alternatif, membuat keputusan sendiri, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. 

Over protective parenting adalah ekspresi dari kekhawatiran orang tua terhadap setiap perilaku anak yang diawasi secara berlebihan, sehingga anak tidak merasa bebas untuk melakukan apa yang sebenarnya mereka inginkan. Menurut Izzati (2019) Naluri alami orang tua adalah untuk melindungi anak dari bahaya, tetapi perlindungan yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan anak.

Masalah yang lebih dalam adalah bahwa anak-anak yang terlalu terbiasa dengan perlindungan akan kesulitan untuk menginternalisasi nilai-nilai kejuangan. Mereka mungkin tidak memiliki motivasi intrinsik untuk mencapai kesuksesan karena mereka tidak pernah belajar untuk mengatasi hambatan dan menghadapi tantangan dengan penuh semangat.

Tentu saja, sebagai orang tua, kita tidak bisa menghindari untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak kita. Namun, penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara memberikan kenyamanan dan mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerja keras, ketahanan, dan semangat juang.

Bagaimana caranya? Salah satu langkah yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan anak-anak kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung. Biarkan mereka merasakan kegagalan dan keberhasilan, biarkan mereka menghadapi tantangan dan mencari solusinya sendiri. Dengan demikian, mereka akan belajar untuk mengembangkan ketahanan dan semangat juang yang kuat.

Selain itu, penting juga bagi kita sebagai orang tua untuk memberikan contoh yang baik. Tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah, tetapi membutuhkan kerja keras, ketahanan, dan semangat juang yang kuat. Berikan mereka inspirasi untuk terus berusaha dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun