Mohon tunggu...
Yan Osmana
Yan Osmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta

Praktisi udud lan ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kangen Kurir JNE

27 Mei 2024   08:41 Diperbarui: 27 Mei 2024   09:55 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kangen Kurir JNE

Sebagai seorang wirausaha muda, plus penyandang status ibu rumah tangga aktif nan kawakan. Mungkin diri ku sudah terlalu kebal, dengan segala macam problematika hidup.  Terutama penderitaan ekonomi.  

Semuanya sudah hafal diluar nalar. Istilahnya kawakan lah. Dan aku tak memungkiri semua itu. Karena diriku sudah sangat banyak mengalami pahit dan getir kekurangan. Ya, kalaupun ada manisnya, bisa dihitung lah. Sebab, perjuangan dalam menata perekonomian keluarga takan pernah ada habisnya. Apalagi dengan jatah duit sacuil dari suami, tapi wajib mencukupi semuanya, baik itu kebutuhan makan minum, jajan anak dan biaya sekolah anak-anak. Ditambah lagi, angsuran utang yang terus menggunung. Itu pun belum lagi dihitung dengan kebutuhan pokok lainnya, seperti listrik, air dan bulanan bayar sampah.

Nikmat sekali pokoknya, kalau bicara marah. Jelas lah setiap hari selalu ada. Kadang dilampiaskan dengan ngedumel dan protes pada suami. Bahkan mungkin setiap hari, untuk menghilangkan kegalauanku. Tapi, mau bagaimana lagi, semuanya harus kujalani dengan sebaik mungkin. Karena masa depan anak-anak serta keluarga kecil ku lebih utama daripada diriku sendiri.

Namun penderitaan ku  yang begitu berat ini. Seakan-akan sirna tak ada artinya sama sekali. Bila dibandingkan dengan orang lain. Jujur kerapuhan hati ku ini, tak bisa aku kelola dengan sebaik mungkin. Apabila dibandingkan dengan perjuangan berat seorang bapak kurir JNE langganan ku.

Ya, pria paruh baya itu,  begitu sangat tegar. Dihimpit keras dan pahitnya kekurangan ekonomi, di dalam kehidupan rumah tangganya. Namun beliau, mampu  menikmati hidup dengan indah. Yang dibarengi besarnya rasa syukur. Padahal, kalau dilihat dari segi pendapatannya, jelas lah tak seberapa. Meskipun profesi sebagi kurir hanya sampingan. Tapi, bayaran bulanan dalam menjalankan tugas sebagai penjaga malam pun, tidaklah seberapa juga.

Ditambah lagi, istrinya hanya seorang ibu rumah tangga. Tanpa ada aktivitas untuk ikut membantu penghasilan suami. Guna memenuhi kebutuhan lima orang anaknya, yang sekolah semua.

Meski begitu, beliau bersama keluarganya, di dalam kesehariannya terlihat bahagia sekali. Tak pernah mengeluh, tak pernah terdengar keributan ataupun lainnya. Rumah tangganya pun, terlihat baik saja, tanpa ada rasa kekurangan ekonomi sama sekali.

Dan hal itu tercermin dalam tindak tanduknya. Terutama, di kala beliau mengantarkan paketan barang kerumah ku. Dimana, karakter dan budi pekerti sebagai penjual jasa, diterapkannya. Dengan profesional sekali, terlihat tanpa beban. Beliau selalu salam sapa senyum terlebih dahulu, kepada ku dengan penuh keikhlasan.

Ditambah lagi, prilaku dan akhlak serta kecerdasan emosionalnya begitu sempurna sekali. Bahkan beliau tetap sabar dalam menangani protes dari para konsumennya. Kenyataan itu, tak jarang membuat aku dan para tetangga ku, merasa nyaman oleh pelayanannya.

Dan tak cuma itu saja,  sebelum pulang pun. Beliau selalu bilang kepada ku, harus tetep semangat dalam berwirausaha. Jangan lupa sampai melupakan salam sapa senyum kepada semua orang.
 " Ah, bapak selalu berpositif ria. Hingga membuatku sebagai makhluk sosial merasa malu". Ucap ku kala bapak kurir JNE hendak pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun