Tradisi kurban dalam berbagai variasinya ada di agama-agama.
Begitu juga dalam Kekristenan. Salah satu pandangan menarik soal ini terkait sosok Yesus Kristus yang dipercayai oleh umat Kristiani. Wahju Satria Wibowo, seorang dosen teologi di Yogyakarta berargumen soal ini dalam bukunya, Jesus as Kurban, Christology in the Context of Islam in Indonesia.
Menurut Wibowo, Yesus Kristus juga adalah Kurban.
Dalam kepercayaan Kristiani, Yesus Kristus adalah sosok Tuhan yang hadir ke dalam dunia untuk menebus dosa umat manusia.
Manusia sudah jatuh ke dalam dosa, sehingga hubungannya dengan Tuhan sudah rusak. Untuk memperbaiki hubungan itu, maka Tuhan sendiri yang ber-inkarnasi melalui Yesus Kristus ke dunia untuk mengorbankan dirinya lewat Salib.
Itu ajaran mendasar dalam Kekristenan.
Tapi Wibowo maju lebih dari itu dengan berpatokan pada kesaksian Injil, bahwa keseluruhan hidup Yesus Kristus adalah suatu bentuk pengorbanan. Ia hidup menderita bahkan mati di kayu salib. Orang Kristen diajak untuk meniru keteladanan Yesus Kristus.
Yesus Kristus adalah teladan pengorbanan.
Di dalam Injil, Ia hadir sebagai sosok yang bersahabat dengan kelompok pinggiran. Dalam konteks Indonesia, menurut Wibowo, pertarungan sosial yang memuja individualisme makin marak. Yesus Kristus sebagai kurban mendorong agar orang Kristen bisa mempunyai kepedulian terhadap sesama. Perlu hadir solidaritas.
Selain itu, Yesus Kristus sebagai kurban juga adalah simbol cinta kasih dan pengampunan.