Ketika kamu terjatuh, salah satu hal yang mungkin kamu katakan pada dirimu sendiri adalah, "Tidak ada yang mengerti aku." Ketika kamu terluka, kamu mungkin juga berpikir bahwa tidak ada yang bisa menyembuhkanmu. Memang benar! Tidak ada yang akan pernah benar-benar memahami dirimu sepenuhnya! Begitu pula, tidak ada yang bisa menyembuhkanmu! Orang lain tidak bisa melihat keseluruhan dirimu; mereka juga tidak bisa melihat luka-lukamu, apalagi memahami seberapa dalam luka itu. Oleh karena itu, mereka tidak tahu seberapa besar rasa sakit yang kamu alami.
Saya ingin kamu memahami perspektif bahwa 'ketika kamu jatuh, hanya kamu yang bisa menyelamatkan dirimu sendiri.' Ini bukan tentang mendorongmu untuk keras kepala, atau menasihatimu bahwa kamu tidak perlu meminta bantuan. Sebaliknya, ini adalah poin tentang mengenali seberapa besar kontribusimu terhadap kesejahteraan dirimu sendiri. Hal yang perlu kamu sadari adalah, bahkan jika orang lain menawarkan bantuan, jika kamu menolak atau tidak mengambil tindakan terhadap tawaran tersebut, kamu akan tetap terjebak.
Ilustrasi sederhana adalah ketika kamu jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam, dan seseorang mengulurkan tali untuk membantumu keluar. Pada saat itu, apakah sudah bisa dipastikan bahwa kamu akan keluar dari lubang tersebut? Tentu saja belum - kamu hanya bisa keluar ketika kamu memutuskan untuk meraih tali dan membiarkan orang tersebut menarikmu keluar. Hanya saat itu kamu bisa yakin bahwa kamu akan keluar dari lubang tersebut.
Kamu perlu menyadari seberapa besar pikiranmu berkontribusi terhadap pertumbuhan pribadimu. Setiap langkah yang kamu ambil dan setiap keputusan yang kamu buat memiliki dampak signifikan dalam membentuk siapa dirimu.
Saya berbicara khusus kepada mereka yang berada di usia awal 20-an, termasuk diri saya sendiri. Banyak orang dalam kelompok usia ini mudah tersandung karena kadang-kadang mereka terjebak dalam overthingking, sehingga sulit untuk menyadari seberapa besar kontrol pikiran kita terhadap siapa diri kita.
Percakapan dengan teman-teman saya mengungkapkan bahwa banyak dari kami merasa terjebak dalam pemikiran "bagaimana jika?" Ini seperti siklus yang terbentuk dari penyesalan atas kesalahan masa lalu dan ketakutan akan masa depan. Ketika sebuah masalah muncul, pikiran kita cenderung menciptakan berbagai skenario yang menggambarkan "bagaimana jika?" Rasanya seperti pikiran kita berputar-putar pada masalah yang sama, yang kemudian menjadi beban. Kemudian, ketika tiba saatnya untuk membuat keputusan, pikiran kita terasa berat dan lelah, yang akhirnya menyebabkan kebingungan.
Beberapa orang akhirnya memendam ketakutan, termasuk ketakutan terhadap orang lain, lingkungan mereka, atau bahkan diri mereka sendiri. Beberapa akhirnya menyalahkan diri sendiri. Beberapa bahkan menolak untuk meraih tali yang diulurkan oleh orang lain.
Selain itu, setiap orang memiliki pertimbangan mereka sendiri saat membuat keputusan tentang diri mereka. Apa yang banyak orang tidak lihat adalah beberapa individu memiliki trauma yang tidak terucapkan. Bagi mereka yang berada dalam kondisi seperti itu, mengambil langkah bisa menjadi sulit. Terkadang, keputusan yang mereka buat mungkin tampak salah bagi orang lain, tetapi setidaknya itu adalah cara mereka merasa aman.
Menghilangkan pikiran dan asumsi negatif tidak selalu mudah, terutama ketika emosi negatif seperti ketakutan atau keraguan muncul. Esfand, dalam bukunya Women's Self Defense: Merdeka dari Rasa Takut, dalam bab berjudul "The Power of You," yang menginspirasi artikel ini, menyarankan beberapa cara sederhana untuk mengurangi pemikiran negatif, termasuk:
- Setiap kali Anda mendapat masalah, jika dihitung dalam skala 1-10 biasanya Anda mengeluarkan 10 asumsi negatif, mulailah untuk mengurangi skalanya. Langkah awal, kurangi menjadi delapan, lalu enam, berlanjut tiga, dan akan menjadi prestasi tersendiri jika Anda benar-benar bisa nol negative thingking.
- Sering-seringlah memberikan sugesti diri bahwa hal yang Anda lakukan akan selalu berpengaruh kepada kepribadian dan kehidupan Anda seterusnya. Yakinkan diri Anda bahwa semakin banyak semangat positif yang Anda tanamkan dalam diri-utarakan kepada diri Anda sendiri, dan berusaha Anda jalankan semampunya maka akan semakin tebal pula kepercayaan dan keyakinan diri Anda terhadap energi luar biasa yang tersimpan di dalamnya.
Pikiran negatif yang terus muncul hanya akan menyembunyikan potensi dan kekuatan sejati dirimu. Pikiran-pikiran ini akan menggambarkan versi dirimu yang lebih lemah, penuh dengan keraguan, dan akhirnya menghancurkan semangat serta kepercayaan dirimu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengarahkan pikiranmu menuju hal-hal positif, dimulai dengan menghargai pencapaian kecilmu. Di sisi lain, berpikir positif ketika menghadapi masalah juga akan membantumu menjadi lebih rileks dan percaya diri untuk bergerak menuju solusi.