Mohon tunggu...
Suryani Palamui
Suryani Palamui Mohon Tunggu... -

Believe in "Successful people always have two things on their lips. Its SILENCE and SMILE."

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Belajar dari Malaysia, Macau dan Hong Kong

20 Januari 2015   11:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:46 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berwisata baik dalam maupun luar negeri, adalah kegiatan menyenangkan yang begitu banyak menarik perhatian sebagian besar orang. Tak jarang pada hari-hari tertentu, tempat-tempat wisata sering mendapat kunjungan dalam jumlah yang besar. Potensi yang dimiliki oleh tempat wisata inilah yang memiliki pengaruh besar dalam mendatangkan wisatawan, dan sekaligus merupakan modal untuk mengembangkan industri pariwisata, khususnya pariwisata Indonesia.

Sebagai warga negara Indonesia, sejujurnya saya sangat menyayangkan keadaan pariwisata Indonesia saat ini. Begitu banyak kekayaan alam, budaya maupun kesenian yang dimiliki oleh Indonesia, namun hanya beberapa yang muncul di permukaan. Manurut saya, hal ini terjadi salah satunya karena minimnya pengembangan yang dilakukan. Padahal dengan melakukan banyak pengembangan, akan banyak pula wisatawan yang datang sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

Tahun 2013 lalu, saya dan teman-teman kuliah memiliki kesempatan untuk mengunjungi Malaysia, Macau dan Hong Kong dalam rangka memenuhi syarat Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Tentu saja dengan adanya hal ini, saya menjadi begitu senang dan bersemangat mengingat inilah pertama kalinya saya berkunjung ke luar negeri. Dari rangkaian perjalanan saya bersama teman-teman dalam mengunjungi ketiga tempat yang selalu menjadi destinasi paling diminati tersebut, ada beberapa hal yang sangat mengusik pikiran saya untuk menyampaikan potensi apa yang dimiliki oleh ketiga daerah itu sehingga menjadi tempat wisata yang begitu banyak dikunjungi. Dan ini membuat saya ingin membagikannya kepada para pembaca, khususnya kepada Kementerian Pariwisata agar kurang dan lebihnya masukan saya ini dapat membantu pengembangan pariwisata di Indonesia.


  1. Malaysia
    Saya acungkan jempol untuk Malaysia karena negara ini mampu menjadikan pusat pemerintahannya Putrajaya sebagai area wisata. Begitu memasuki kawasan ini, kami melihat betapa Putrajaya adalah sebuah kota yang tertata. Bangunan-bangunan megah kantor pemerintahan banyak terlihat mengingat fungsinya sebagai pusat administratif pemerintahan. Menurut saya, hal yang membuat kawasan ini menjadi menarik adalah desain bergaya arsitektur islami yang mampu meleburkan unsur-unsur tourism ke dalam tata kota pemerintahan ini. Karena adanya unsur-unsur unik ini, maka Malaysia berhasil menarik wisatawan untuk datang sekaligus berhasil menjadikan pusat pemerintahannya sendiri sebagai ciri khas yang tidak banyak ditemukan di negara lain. Lalu bagaimana dengan pemerintahan Indonesia? Ada baiknya jika Kementerian Pariwisata dapat bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengembangkan pusat pemerintahan Indonesia menjadi objek wisata agar dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.

    [caption id="attachment_365202" align="aligncenter" width="300" caption="Fotoku bersama teman-teman kampus di kawasan Putrajaya (Dokumentasi Pribadi)"][/caption]

    Selain Putrajaya, kami juga mengunjungi pusat kota Kuala Lumpur yaitu Kuala Lumpur City Centre (KLCC). Jika dibandingkan dengan Indonesia, tentu sangat jauh berbeda dimana pusat kota di Indonesia menjadi tempat yang penuh dengan hiruk pikuk asap kendaraan. Sedangkan di KLCC yang merupakan kota mandiri dalam kota, kami banyak menemukan berbagai fasilitas dan pemandangan yang begitu memanjakan kami sehingga kami begitu betah berjalan kaki tanpa rasa lelah. Manurut saya, banyak hal-hal yang bisa diterapkan untuk memajukan angka wisatawan agar mau berkunjung ke Indonesia jika belajar dari kawasan KLCC ini. Diantaranya dengan menata fasilitas publik yang ramah dengan pejalan kaki. Sebab kita ketahui sendiri, bahwa berjalan kaki merupakan satu-satunya aktifitas yang mampu membuat kita sadar akan lingkungan sekitar karena memiliki kecepatan yang rendah. Untuk itu, Kementerian Pariwisata sekiranya dapat bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan hal tersebut.
    [caption id="attachment_365209" align="aligncenter" width="300" caption="Saya dan rombongan KKL di kawasan KLCC (Dokumentasi Pribadi)"]

    14217060041988047299
    14217060041988047299
    [/caption]
  2. Macau
    Ketika di Macau, kami mengunjungi beberapa tempat diantaranya Senado Square dan kawasan A Ma Temple. Di Senado Square, kami melakukan hal santai seperti duduk-duduk dan jalan-jalan. Kami begitu terkesan dengan kawasan publik ini karena di tempat ini kami melihat produk pertukaran budaya antara Timur dan Barat, sekaligus merupakan warisan arsitektur Eropa yang tertua, terlengkap dan terkokoh di wilayah China mengingat bangsa Eropa pernah menjajah kota ini. Bangunan-bangunan di sekitar Senado Square ini memiliki sejarah panjang dimana bangunan-bangunan tersebut memiliki gaya arsitektur campuran antara neo-klasik dengan modern sehingga menarik para wisatawan. Di Indonesia sendiri, sebenarnya begitu banyak tempat yang menjadi sejarah peninggalan dari bangsa penjajah. Namun, sangat disayangkan bergam pihak banyak mengambil alih area tersebut demi kepentingan pribadi. Inilah yang selanjutnya menjadi tugas dari Kementerian Pariwisata agar mampu menjaga dan memelihara kawasan yang bernilai sejarah di Indonesia sehingga para wisatawan tertarik untuk berkunjung.

    [caption id="attachment_365207" align="aligncenter" width="300" caption="Saya di kawasan Senado Square (Dokumentasi Pribadi)"]

    1421705606722486633
    1421705606722486633
    [/caption]

    [caption id="attachment_365208" align="aligncenter" width="300" caption="Saya di depan reruntuhan bangunan sejarah Gereja St. Paul di kawasan Senado Square (Dokumentasi Pribadi)"]

    1421705849764452538
    1421705849764452538
    [/caption]

    Lain di Senado Square, lain pula di kawasan A Ma Temple. A Ma Temple merupakan kuil tertua di Macau. Kawasan yang menjadi area didirikannya kuil ini, juga memiliki nilai historis yang tinggi. Hal ini dapat terbukti ketika kami melihat banyak puisi dan prasasti yang diukir pada batu. Selain menikmati nilai sejarah di kawasan ini, kami juga tak lupa membeli souvenir sebagai oleh-oleh. Saya pribadi sangat kagum dengan objek wisata ini. Sebab selain karena kawasan A Ma Temple mampu mempertahankan unsur budayanya, kawasan ini juga mampu memelihara bangunan ibadahnya walaupun umurnya sangat tua. Mungkin objek wisata ini mampu menjadi inspirasi terhadap dunia pariwisata di Indonesia. Masukan saya sekaligus harapan terhadap Kementerian Pariwisata adalah agar pemerintah mampu menciptakan kawasan tempat ibadah yang umurnya tua dan memiliki nilai sejarah di Indonesia, menjadi kawasan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kalau Macau saja bisa melakukan hal demikian, mengapa Indonesia tidak?
    [caption id="attachment_365210" align="aligncenter" width="300" caption="Saya di kawasan A Ma Temple"]

    1421706090597003496
    1421706090597003496
    [/caption]
  3. Hong Kong
    Diantara tiga kota yang menjadi tujuan kami, Hong Kong lah yang menjadi kota dengan objek wisata yang paling banyak kami kunjungi. Diantaranya yang mengesankan adalah Statue Square, Avenue of Stars, Lantau Link Visitors Centre dan Disneyland. Statue Square sendiri merupakan kawasan pejalan kaki yang begitu dikenal di kota tersebut. Kami melihat adanya beberapa bangunan penting yang didirikan di sekitar kawasan ini. Bangunan-bangunan itu antara lain HSBC, Gedung Dewan Legislatif, Hong Kong Club Building, dll. Di kawasan Statue Square ini, saya begitu antusias mengamati lingkungan yang ada. Sebab menurut saya, kawasan ini begitu sangat mengimplementasikan konsep berkelanjutan. Hal tersebut terlihat dengan adanya ruang terbuka hijau yang begitu besar dan mampu mempertahankan keindahan alamnya sehingga menjadi paru-paru kota. Selain itu, kawasan ini juga memiliki identitas yang cukup kuat dengan adanya patung Sir Thomas Jackson yang menjadi landmark di kawasan tersebut. Di Indonesia sendiri, sebenarnya sudah ada beberapa kota yang memiliki landmark untuk memperkuat identitas kawasan tertentu. Namun terkadang landmark tersebut tidak diseimbangkan dengan adanya ruang terbuka hijau. Maka, inilah tugas dari Kementerian Pariwisata untuk mengawasi setiap penciptaan landmark kawasan bisa selaras dengan penciptaan ruang terbuka hijau sehingga daya tarik wisatawan untuk berkunjung semakin besar.

    [caption id="attachment_365211" align="aligncenter" width="300" caption="Teman-teman kuliah di kawasan Statue Square (Dokumentasi Pribadi)"]

    14217061851194109352
    14217061851194109352
    [/caption]

    Objek wisata kemudian yang menjadi tujuan kami yaitu Avenue of Stars. Avenue of Stars ini merupakan objek  wisata dengan puluhan cap tangan dari artis-artis Hong Kong yang terkenal. Selain cap tangan, kami juga melihat replika dan patung-patung yang berkaitan dengan industri perfilman. Tak heran, lokasi tempat ini begitu ramai dikunjungi baik itu dari wisatawan domestik maupun mancanegara. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Mungkin dari Kementerian Pariwisata bisa mempertimbangkan adanya objek wisata sejenis Avenue of Stars di Indonesia. Karena jika hal ini berhasil terealisasi, kawasan ini tentunya bisa menjadi salah satu kawasan dengan identitas positif yang kuat. Dan ketika identitas positif ini terwujud, dengan sendirinya masyarakat akan bangga terhadap negara ataupun kotanya sendiri sehingga pada akhirnya akan mempertinggi kontribusi masyarakat terhadap negara atau kotanya tersebut.

    [caption id="attachment_365212" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu cap tangan artis Hong Kong di Avenue of Stars (Dokumentasi Pribadi)"]

    1421706284906898016
    1421706284906898016
    [/caption]

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
    Lihat Travel Story Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun