Mohon tunggu...
Noorharyani Noordin
Noorharyani Noordin Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga -

belajar bersosialisasi lewat dunia maya...semoga membawa manfaat bukan mudarat...suka memasak, membaca dan menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mabuk Darat, Lautan, Udara

19 Juli 2016   21:00 Diperbarui: 19 Juli 2016   21:07 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada waktu dulu, orang dikampung  jarang sekali menggunakan mobil sebagai alat transfortasi menyebabkan sebahagian orang mengalami mabuk apabila bepergian menempuh jarak yang lumayan jauhnya.

Sebelum jalan darat bisa digunakan, perjalanan antar kampung ditempuh dengan transfortasi melewati sungai . Dan sesuai dengan perkembangan jaman, mulailah alat transfortasi berpindah melalui perjalanan darat. Memang waktu tempuh perjalanan menjadi lebih cepat tapi entah kenapa sebagian besar orang baik yang tua atau muda, laki atau perempuan mengalami mabuk darat.

Apabila naik bis, disediakan kantong kresek untuk persiapan muntah. Kalau bis nya terisi 30 penumpang, diperkirakan ada 10 orang yang mengalami mabuk darat dan muntah selama perjalanan . Kantong kresek yang disediakan biasanya tidak cukup. Jadi untuk amannya harus bawa persediaan sendiri. Dan sebelum muntah sebaiknya kantong kresek dicek dulu sebelum digunakan. Karena pengalaman pribadi, sering nemu kresek yang bocor atau bagian bawahnya ga dilem jadi pas muntah malah berhamburan kemana-mana......hiiiijjyyy jijaynya....mana malunya ga ketulungan...untung muntahnya ga sendirian...banyak yang nemenin..bersahut-sahutan....ahahahaha

Yang namanya mabuk darat itu, rasanya sangat tidak nyaman. Dimulai dengan keringat dingin, perut berasa mules, badan sakit semua dan ga berapa lama biasanya langsung muntah. Perjalanan 12 jam dari tempat tujuan rasanya seperti tidak ada akhirnya. Koq ga nyampe-nyampe. Kadang badan sampai menggigil. Mungkin juga dehidrasi karena muntah sepanjang perjalanan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebenarnya sudah banyak tips yang dianjurkan. Mulai dari minum obat anti mabuk..tempel koyo dipusar...atau apapun yang disarankan oleh sesama pemabuk tetap saja tidak berhasil. Masing-masing orang berbeda cara mengatasinya. Satu hal yang pasti penyebabnya karena jarang naik mobil.

Tapi kondisi jalan yang bergelombang, banyak tikungan dan cara menyetir juga jadi penyebab mabuk. Untung saya perempuan, jadi kalau pas mabuk, masih bisa dimaklumi. Coba bayangin kalau yang mabuk bapak-bapak yang badannya segede gaban tapi mabuk darat. Duuh saya suka kasian juga ngeliatnya ooeekkk...oooeeekkk gitu.

Untuk para pemabuk biasanya sangat menghindari naik mobil kecil sejenis sedan. Tidak menggunakan AC. Buka jendela selebar-lebarnya. Apapun itu, untuk pemabuk berat bahkan menghindari jalan darat dan tetap menempuh perjalanan lewat sungai dengan jarak tempuh yang lebih jauh dua kali lipatnya.

Tidak ada obat yang mujarab untuk mengatasi mabuk perjalanan..dari sepuluh kali jalan...setengahnya mengalami mabuk darak yang parah bahkan dua hari setelah sampai tempat tujuan masih berasa limbung kalo jalan. Makanya sebagian suka nekat untuk menggunakan motor dengan segala resikonya.

Entah sampai kapan perjalanan jauh bisa lebih dinikmati. Saya memilih melakukan perjalanan diwaktu malam supaya bisa segera tertidur tapi kadang gagal mengantuk karena mabuk...menyedihkan memang tapi toh tidak bisa menghindari perjalanan panjang karena sering merantau demi suatu tujuan.

Mabuk di lautan saat naik kapal biasanya hanya karena hempasan gelombang besar...begitupun untuk mabuk diudara..tidak terlalu menyiksa karena kalah sama perasaan deg-degan kalau cuaca buruk dan terjadi kecelakaan....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun