Gerimis sore itu menggores kesunyian di tengah riuhnya bulir air mata
dan melindapkan rinduku pada bayanganmu antara ada dan tiada
kehadiranmu serupa putik embun meluruh di tengah kabut yang menutup separuh bumi
Sementara angin menyapa keresahan ini,
di sana jemari September masih menggenggam penggalan kisah kita
menjumputi serpihan-serpihan yang terserak saat angin bermain di sela pinus
kunikmati lukisan sepi warnai wajah malam yang menyisir bongkahan rasaku
di ujung penantian
Di rinaimu September,
selalu terbias jejak dalam khusyuk pintaku...
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!