Mohon tunggu...
Yania Talitha
Yania Talitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai informasi mengenai kesehatan khususnya tentang kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Penyeimbangan Kesehatan Mental dan Fisik

3 Juli 2022   22:14 Diperbarui: 3 Juli 2022   22:49 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi COVID-19 ini telah banyak merubah berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Salah satunya ada di bidang kesehatan. Kasus meningkatnya COVID-19 pada saat itu tentu saja akan membuat masing-masing dari kita memiliki kecemasan atas kesehatan diri. Banyak sekali orang yang mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah demi menjaga kesehatan fisik agar tidak terpapar COVID-19, tetapi mengesampingan kesehatan mentalnya.

Kesehatan mental menurut UNICEF adalah kondisi dimana batin atau emosi kita berada dalam keadaan tenang dan tentram sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar kita. Kesehatan mental juga hal penting dalam kesehatan yang harus diseimbangkan. Kesehatan mental yang tidak diseimbangkan juga bisa memicu berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi kesehatan fisik. 

Emosi manusia khususnya emosi negatif akan berpengaruh pada penurununan kekebalan tubuh yang menyebabkan seserorang bisa rentan terhadap berbagai penyakit. Contoh paling umum adalah stress yang berlebihan, dimana stress bisa memicu sakit perut terus menerus.

 Akan tetapi, adakalanya kita tidak bisa merasakannya, tetapi tubuh tetap bereaksi atas emosi negatif yang kita buat. Mengapa hal ini bisa terjadi? Umumnya banyak sekali orang yang tidak menyadarinya dan tidak mau menerima perawatan atau melepaskannya ketika memiliki emosi negatif.

Lalu, bagaimana kita bisa menyeimbangkan kesehatan mental dan fisik?

Sebenarnya banyak sekali cara yang bisa dilakukan. Namun, ada 1 hal yang sangat sangat mendasar, yaitu memvalidasi emosi tersebut. Baik itu emosi yang bersifat positif maupun negatif. Dengan memvalidasi emosi kita artinya mengakui bahwa memang kita merasakannya. 

Contohnnya ketika marah bisa dengan mengatakan "Saya tahu saya sedang marah, maka dari itu lebih baik saya meredakannya terlebih dahalu". 

Melakukan validasi emosi adalah hal yang mudah, tetapi kebanyakan dari kita tidak melakukannya. Hal inilah bisa yang menimbulkan penyakit mental lainnya yang lebih kejam. Maka dari itu, sekarang mari kita secara perlahan mulai melakukan validasi emosi. Setelah itu, kita bisa mulai menjaga kesehatan mental kita dan menyeimbangkannya dengan kesehatan fisik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun