Semenjak memlilh tinggal disebuah perumahan di belakang daerah  Alam Sutra, Serpong udara terasa lebih nyaman karena jauh dari perkotaan .Namun ternyata  posisi kami ke kantor dan sekolah atau kampus anak menjadi lumayan jauh jarak tempuhnya.
Faktor pemilihan sekolah kadang diluar kekuasaan , saat anak kita diterima di sekolah yang menjauh dari rumah, atau diterima di Universitas, tentunya walau jauh semua bercita-cita ingin berkampus di Depok, salah satu PTN yang diidam-idamkan.
Resikonya walau masih di Jabotabek, anak-anak terpaksa kos untuk mendekati kampus dan sekolahnya. Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan sejuta kali, namun melihat kondisi yang sangat tidak kondusif.
Awalnya kami masih berusaha Home Sweet Home.. Jika kuliah di Depok mulai pukul delapan pagi maka berangkat pukul enam sudah sangat mepet. Itupun sudah memakai teori jalan tol , atau teori jalan tikus dsb. Kalau mau santai, seusai sholat Subuh harus berangkat. Belum lagi BBM yang harus dikeluarkan.
Mau naik kereta ? jarak tempuh ke stasiun juga tidak dekat. Apalagi dengan sistim commuter, penumpang dari Serpong menjadi lebih lama perjalanannya.
Begitu juga yang SMA, siswa SMA DKI Jakarta masuk pukul 6 .30, paling aman berangkat pukul 5 pagi. Berarti anak terburu-buru sholat, sarapan dikendaraan , lelah di jalan dan ongkos transport dan BBM tidak murah.
Dengan lokasi sedikit tanggung antara ke stasiun atau lewat kendaraan biasa, maka kami harus pandai-pandai melakukan riset kecil jarak tempuh.
Diantara dua pilihan jalan menuju pusat kegiatan kami di Jakarta Selatan , jalan terdekat ternyata ditempuh lewat Cileduk Raya, Jaraknya kira-kira 18 km. Tapi jika kita lewat tol Bintaro ternyata jaraknya menjadi 22 km. plus biaya tol  . Dan jika kita lewat Tol Alam Sutra selain jarak km nya menjadi 22 km, kita masih harus membayar ongkos tol. Paling ideal untuk mobil dan juga motor ,memang melewati jalan Cileduk Raya.
Setelah diamati, kenapa kita bisa lancar perjalanan dipagi buta ?, teentu saja , jalanan masih sepi. Selain padat , Cileduk Raya juga harus menghadapi kemacetan seputar pasar Cileduk dan Pasar Cipulir ( padahal di Cileduk sudah ada under pass nya , namun begitu muncul kita sudah dihadang angkot ngetem yang bisa berhenti dimana saja )
Penyebab kemacetan ternyata , bukan hanya kendaraannya yang banyak, tapi tidak berfungsinya pembatas jalan, entah dirusak atau sengaja di buat, akibatnya nyaris setiap dua ratus meter selalu ada celah untuk kendaraan putar balik, menyeberang dsb. sehingga kendaraan harus berjalan merambat.
Seandainya pembatas jalan memang benar-benar berfungsi, maka setiap orang harus mematuhi sesuai rambu, lokasi mana kendaraan bisa memotong atau putar balik.