Mohon tunggu...
Yani Tri Handayani Prasetyo
Yani Tri Handayani Prasetyo Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga yang hobby menulis, pernah berkarir di Citibank Indonesia, Pembangunan Jaya Group, dan beberapa perusahaan suasta lainnya. Alumni Fakultas Hukum UGM 1989 dan meraih Magister Hukum UI 2005 dalam bidang Hukum Tata Negara. Pernah tinggal di Jepang, Inggris, Shanghai, dan saat ini sudah kembali di Jakarta - Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cileduk yang Kita Impikan

2 Maret 2012   03:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:38 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang paling bahaya adalah motor tanpa lampu atau mobil yang tiba-tiba muncul dari setiap celah jalan . Baik si motor maupun kendaraan seperti mobil dan bis yang lewat akan menghadapi resiko buruk yang sama.

Suatu hari kami pulang larut malam , termyata tanpa adanya kendaraan yang memotong setiap dua ratus meter, jarak tersebut bisa ditempuh dalam 20 menit, tanpa ngebut ! Sementara jika di siang hari paling tidak dibutuhkan 1 jam.

Selisih 40 menit, sebenarnya sangat berharga untuk siapapun, apapun profesinya: pak Dokter bisa mengobati leboh banyak pasiennya, anak sekolah bisa sampai lebih awal untuk membuka pelajaran,  karyawan dapat lebih maksimal bekerja karena tubuh fit tiba dikantor masih bisa minum secangkir kopi.

Dan 40 menit identik menyelamatkan BBM yang terbuang sia-sia, juga menyelamatkan lingkungan dari polusi . Tak terhitung kebaikan yang seharusnya bisa diselamatkan

Believe it or not: Cileduk Raya adalah jalan terpanjang strategis yang bisa diselamatkan. Namun impian tinggal impian, kelihatannya justru semakin banyak pembatas jalan yang hancur untuk memudahkan orang  seenaknya memotong jalan dari arah manapun.

Dari urusan jalan saja, betapa carut marutnya kedisiplinan di negeri ini. Semoga para pejabat terhormat yang membawahi wilayah tersebut sesekali bisa membuktikan teori penyelamatan ini, tentunya dengan menikmati secara langsung kemacetan, tanpa embel-embel pengawalan.

Semoga terwujud Cileduk impianku, impian kita !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun