Yang paling bahaya adalah motor tanpa lampu atau mobil yang tiba-tiba muncul dari setiap celah jalan . Baik si motor maupun kendaraan seperti mobil dan bis yang lewat akan menghadapi resiko buruk yang sama.
Suatu hari kami pulang larut malam , termyata tanpa adanya kendaraan yang memotong setiap dua ratus meter, jarak tersebut bisa ditempuh dalam 20 menit, tanpa ngebut ! Sementara jika di siang hari paling tidak dibutuhkan 1 jam.
Selisih 40 menit, sebenarnya sangat berharga untuk siapapun, apapun profesinya: pak Dokter bisa mengobati leboh banyak pasiennya, anak sekolah bisa sampai lebih awal untuk membuka pelajaran, Â karyawan dapat lebih maksimal bekerja karena tubuh fit tiba dikantor masih bisa minum secangkir kopi.
Dan 40 menit identik menyelamatkan BBM yang terbuang sia-sia, juga menyelamatkan lingkungan dari polusi . Tak terhitung kebaikan yang seharusnya bisa diselamatkan
Believe it or not: Cileduk Raya adalah jalan terpanjang strategis yang bisa diselamatkan. Namun impian tinggal impian, kelihatannya justru semakin banyak pembatas jalan yang hancur untuk memudahkan orang  seenaknya memotong jalan dari arah manapun.
Dari urusan jalan saja, betapa carut marutnya kedisiplinan di negeri ini. Semoga para pejabat terhormat yang membawahi wilayah tersebut sesekali bisa membuktikan teori penyelamatan ini, tentunya dengan menikmati secara langsung kemacetan, tanpa embel-embel pengawalan.
Semoga terwujud Cileduk impianku, impian kita !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H