Mohon tunggu...
Yani Tri Handayani Prasetyo
Yani Tri Handayani Prasetyo Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu rumah tangga yang hobby menulis, pernah berkarir di Citibank Indonesia, Pembangunan Jaya Group, dan beberapa perusahaan suasta lainnya. Alumni Fakultas Hukum UGM 1989 dan meraih Magister Hukum UI 2005 dalam bidang Hukum Tata Negara. Pernah tinggal di Jepang, Inggris, Shanghai, dan saat ini sudah kembali di Jakarta - Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Casa Italia

1 Maret 2012   13:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya seperti berbau  nama Itali. Tapi tempatnya  jauh dari Itali.  Bahkan tidak ada hubungannya dengan Itali. Ya , ini adalah nama sebuah bangunan  di negeri  salju  atau Yuki Guni sebuah kota kecil Urasadi propinsi Niigata, di negeri matahari terbit.  Bangunan ini lebih tepat disebut Mansion daripada Apato karena kesannya sedikit lebih mewah , tidak berbeda jauh dengan hotel kecil. Letaknya diantara persawahan . dari kejauhan aku bisa melihat petani Jepang yang sibuk menutupi tanamannya dengan rumah plastik untuk melindungi sawahnya   selama musim salju.

Bangunan Casa Italia terdiri dari empat lantai, ada lift , ada lapangan tenis dan lengkap dengan pendingin dan pemanas, tergantung selera penghuni.. Aku memutuskan tinggal di sana selama beberapa bulan, mengingat kampus tempat aku mendapat pelatihan selama enam bulan dari kantorku, tidak jauh dari tempat itu.

Ketika aku tiba, udara dingin menyambutku seolah memberi kesempatan aku untuk membuktikan negeri salju ini. Konon, saljunya bisa menutup sampai atap rumah. Saat itu masih bulan Oktober namun salju sudah berhamburan dimana-mana.

Sepuluh tahun yang lalu , aku pernah pergi ke Jepang, dan karena kami - waktu itu aku mengikuti program pertukaran Mahasiswa-penasaran ingin melihat salju, kami dibawa oleh   pembimbing kami ke pegunungan Tateyama di daerah Toyama. Ajaib, di musim panas bulan Juni, kami bisa bermain ski-skian karena sebenarnya kami tidak ada yang bisa bermain ski. Kini salju yang ada didepanku benar-benar menggigit , kakiku mulai terrasa sakit karena kaus kakiku kurang tebal.

Siang itu aku dijemput Tetsu-san sahabat lamaku yang  paling "Indonesia sekali".  Tetsu berbicara bahasa Inggris paling lancar dibanding teman Jepangku yang lain. Keramahannya jauh melebihi orang Jawa bahkan dan sifat penolongnya mengingatkanku penduduk desa di Indonesia , dan  yang paling kukagumi,  aku tahu benar ia bukan tipe orang yang mempunyai pamrih .

Tetsu san  akan mengajakku  ke Jusco, sebuah pasar swalayan di daerah Muikamachi, Aku memang memerlukan beberapa bahan makanan untuk persediaan di Casa Italia  . Rasanya bosan juga jika nantinya setiap hari makan mie instan dan abon yang kubawa dari Indonesia.

Aku teringat pertemuanku yang pertama dengannya yaitu dalam sebuah acara pertukaran mahasiswa yang tadi kuceritakan. . Pada malam kesenian, saat rombongan mahasiswa Indonesia selesai tampil, ia sangat antusias sekali mencoba mengajak kami berkomunikasi. Ternyata dia sudah beberapa kali ke Indonesia. Beberapa patah kata,  "Selamat pagi ",  " Apa kabar " dan " Terima Kasih " sangat lancar diucapkan. Malamnya kami dalam sebuah kelompok kecil berjalan-jalan  bersama.  .

Dalam semalam , aku merasa lebih akrab dengan  Tetsu-san . Paginya kami janjian lagi untuk mencari omiyage.  oleh-oleh . Hebatnya, Tetsu tidak membawa kami ke toko souvenir, melainkan ke Risaikuru shop alias toko barang antik. Lumayan, kami bisa dapat yang khas Jepang tapi murah meriah. Sebuah kartu nama di berikannya di bandara. Ketika kubaca, ia tinggal di Urasa, ya ditempat ini. Bisa terbayang bagaimana girangnya aku ketika kantor mengirimku ke Universitas yang letaknya sekampung dengan rumah Tetsu san !.

Tetsu sesekali mengecek pemanas mobil, meyakinkan kami tidak akan kedinginan. Seusai belanja kami berputar-putar, menuju Koide, sebuah  wilayah terdekat dari Urasa. Akhirnya kami makan malam di  sebuah warung sate kecil. Diatasnya tertulis Yakitori : diatas kain biru , dengan tulisan Hiragana. Pembelinya kebanyakan kaum pria sepulang kerja sambil diselingi minum bir. Aku memesan ocha dan yakitori. Kulihat Tetsu minum sedikit bir seolah ingin menghormatiku yang tidak minum bir. Begitu lurusnya aku dimata Tetsu : Tidak merokok, tidak minim bir. Entahlah apa memang aku seperti yang dipikirkannya.

"Iro-iro o sewa ni narimashita, " ucapku sambil membungkukkan badan

" Iee.. doitashimashite" balasnya juga membungkuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun