Mengaku salah itu tidak mudah. Tidak jarang mengaku salah terasa sekadar basa~basi karena terpaksa.
Lima puluh empat tahun silam, rentetan euforia politik berujung terjadinya tragedi kemanusiaan terbesar di negeri ini.
Sampai sekarang dan entah sampai kapan, tidak ada seorang-pun yang secara gentle berani mengatakan: "Saya Salah!". Lebih mudah menuding fihak sana-lah yang salah, bukan saya!
Sejarah yang sempat ditutup~tutupi mengatakan bahwa: sekawanan 'Gajah' berkelahi yang mengakibatkan jutaan pelanduk terinjak. Tak terhitung yang mati, tak terhitung yang terluka, tak terhitung yang cacat, juga tak terhitung yang luka batin.
Jejak sejarah akan makin tampak jelas.
Sebagian 'Gajah' sudah mati oleh takdir. Mereka mati dengan membawa kebencian dan rasa bersalah karena tidak sempat mengaku: " Saya Salah", tapi itu urusan mereka. Sebagian besar mengaku sebagai 'Pelanduk' yang merasa tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa tentang tragedi itu.
Bisa iya, bisa juga tidak! Hanya mereka masing-masing yang tahu.
Jika-pun mereka salah, apakah juga menolak mengatakan 'Saya Salah"?
Kini, bukan saatnya kita menuding dengan telunjuk jari kita ke arah sana.
Kini, saatnya kita mengamati dan merasakan arah jari~jari kita yang lain yang mengarah pada diri kita ssndiri.
Selamat merenung di 'Hari Kesaktian Pancasila', selamat menatap ke depan saudaraku!
Hp_Maguwoharjo, 1 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H