Mohon tunggu...
Yang Disa Karina
Yang Disa Karina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

suka jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cao Dai: Agama Gado-gado dari Vietnam

9 Mei 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31 2123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_187141" align="alignnone" width="614" caption="Cao Dai Temple kira-kira 100 km dari Saigon"][/caption]

Hari kedua jalan-jalan saya di HCM City dimulai dengan ikut tur lagi. Kali ini tujuannya hanya dua tempat namun agak sedikit di luar kota Saigon.Hari masih pagi ketika minibus pun sudah menjemput saya dan rombongan di hotel. Kemudian mini bus kami mulai bergerak di keramaian kota yang didominasi oleh sepeda motor ini.

Setelah berjalan sekitar 2 jam lebih menuju arah barat laut, kami tiba di dekat kota kecil yang bernamaTay Mihn. Kira-kira 5 kilometer di luar kota ini terletak Cao Dai Temple yang merupakan tujuan pertama kami. “Rumah ibadah ini juga terkenal dengan nama ‘Great Holy See Temple” demikian keterangan pemandu ketika minibus kami memasuki halaman nya yang luas.

[caption id="attachment_187144" align="alignnone" width="432" caption="Pandangan muka dengan menara kembar mirip gereja"]

13365258891062434491
13365258891062434491
[/caption]

Saya terkagum-kagum akan keunikan  Cao Dai Temple ini.Secara sekilas bangunan ini mirip seperti perpaduan antara gereja dengan kelenteng Cina.Warna pink mendominasi bangunan yang cukup besar dan terdiri dari dualantai ini. Dua buah menara "gereja" berbentuk segi empat seakan-akan menyambut semua pengunjung dan para jemaah. Kalau dilihat dari kejauhan ada tiga bentuk menara yang bisa diinterpretasikan mewakili berbagai agama yang ada.

[caption id="attachment_187145" align="alignnone" width="576" caption="Menara di tengah yang mirip masjid dan menara di belakang yang mirip pagoda"]

1336526023888842830
1336526023888842830
[/caption]

Selain menara kembar di depan bangunan. Di tengah-tengah terdapat sebuah menara dengan sejenis kubah di atasnya. Uniknya di kubah ini dilukiskan peta dunia, sehingga lebih mirip dengan bola dunia dan dihiasi dengan seekor hewan yang mirip kuda. Bentuknya yang bulat  mirip dengan menara masjid. Di bagian belakang tedapat sebuah menara yang  bentuknya bagaikan pagoda.

Semakin mendekat, saya mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah ibadah inimerupakan kombinasi ciri khas aristektur agama-agama yang lain. Pendek kata, ciri khas bangunan agama Buddha , Hindhu. Kong Hu Cu, Tao, Kristen dan Katholik  serta Islam dikombinasikan dalam rumah ibadah ini.

[caption id="attachment_187153" align="aligncenter" width="538" caption="Suasan di dalam Caodai Temple. Naga Pakaian Putih dan warna pink"]

13365265261701731910
13365265261701731910
[/caption]

Ketika hendak masuk, seorang petugas menyambut kami dengan ramah. Sebelum masuk, kami dipersilahkan untuk membuka alas kaki. Kaos kaki diperkenankan untuk tetap dipakai. “Wah , persis masuk ke dalam masjid”, kata teman saya.Kaum lelaki dipisahkan dari wanita dalam kunjungan singkat kami ke tempat ini.

“Cao Dai temple ini dibangun sekitar tahun 1933 dan selesai 1955”. Tambah sang pemandu lagi. Kemudian dia mulai bercerita sedikit tentang agama baru ini . Keunikan agama ini adalah tujuannya untuk membuat satu agama yang tidak mau menang sendiri dan seakan-akan ingin mencakup semua agama yang ada sebelumnya.. Kami diperbolehkan mengambil foto di alam. Namun tidak diperbolehkan mengambil foto kita atau pun teman kita berfose di dalamnya.

Agama yang disebut Caodaiisme ini merupakan suatu sinktretisme atau gabungan dari beberapa agama yang sudah ada sebelumnya. Sang nabi yang bernama Ngo Van Chieu, seorang priyayi di dalam pemerintahan kolonial Perancis di Indocina mengaku menerima wahyu dari Yang Mahas Esa pada tahun 1919. Aliran ini sendiri baru resmi didirikan pada 1926 dan secara bahasa berarti menara tinggi.

Menurut beberapa sumber, agama ini pernah dilarang pada tahun 1975 ketika komunis berkuasa namun diperbolehkan lagi sejak 1985 dan pada saat ini diperkirakan memiliki sekitar 2juta penganut di Vietnam.Sedangkan di luar Vietnam seperti Kamboja, Perancis dan Amerika dimana banyak terdapat diaspora bangsaVietnam, masih terdapat lebih dari 3 juta penganut agama ini.

Selama kurang lebih 45 menit saya menikmati benar-benar kunjungan ke tempat ibadah yang unik ini. Agama baru ini juga memiliki beberapa orang yang dianggap sebagai orang suci termasuk tokoh-tokoh terkenal seperti pari nabi dan rasul dari agama yang sudah ada: Buddha, Konghucu, Jesus, dan Muhammad. Selain itu tokoh-tokoh seperti Julius Caesar, Joan of Arc, bahkan presiden pertama Republik Cina, Dr. Sun Yat Sen juga dijadikan semacam orang suci dalam agama ini. Tentu saja, para leluhur juga mendapat tempat yang mulia seperti ajaran Kong Hucu dan Tao.

[caption id="attachment_187149" align="alignnone" width="605" caption="Hiasan "]

1336526321552547187
1336526321552547187
[/caption]

Namun yang paling dianggap mulia adalah sebuah mata yang disebut “Divine Eye”, yang ternyata mewakili Tuhan . “Mata yang digambarkan adalah mata kiri, karena mata kiri mewakili hawa panas atau Yang”.Sambil terus berjalan, sang pemandu terus bercerita dan saya terus mendengarkan dengan asyiknya,

[caption id="attachment_187150" align="alignnone" width="346" caption="Hiaan naga"]

13365263971901636101
13365263971901636101
[/caption]

Sekali lagi saya perhatikan interior bangunan ini. Unsur kelenteng nampak banyak mempengaruhi dengan banyaknyahiasan yang berbentuk naga. Langit-langitnya yang tinggi dicat biru langit. “Jumlah naga ada 28 mewakili 28 bentuk sang Buddha”, demikian keterangan tambahan dari sang pemandu. Sementara ada juga ular kobra berkepala tujuh yang ketika saya tanyakan maknanya ternyata melambangkan tujuh jenis emosi manusiawi.

[caption id="attachment_187151" align="alignnone" width="302" caption="Seorang pendeta berjubah merah"]

1336526430287409243
1336526430287409243
[/caption]

Kebetulan siang itu diadakan semacam upacara keagamaan yang dipimpin oleh pemuka agama yang memakai jubah dengan tiga macam warna. “Warna kuning mewakili Buddha, merah mewakili Kristen dan Katolik atau juga Kong Hu Cu, sedangkan biru mewakili Tao”, sang pemandu meneruskan ceritanya tentang tiga macam jubah tadi. Sementara kami juga melihat para jamaah yang memakai sejenis jubah berwarna putih sedang melakukan “sembahyang” yang gerakan-gerakan nya mirip sholat ?

[caption id="attachment_187152" align="aligncenter" width="470" caption="Jemaah berpakaian putih sedang sembahyang"]

1336526478641943924
1336526478641943924
[/caption]

Pemandu juga menjelaskan bahwa setiap hari diadakan empat kali uapacara kebaktian bersama yaitu jam 6 Pagi , 12 siang , 6 sore, dan 12 malam. Upacara ini diiringi dengan semacam musik yang dimainkan oleh sepuluh orang yang memainkan alat tradisional Vietnam. Sementara lagu-lagu pujian dinyanyikan oleh anak-anak sampai remaja.

Saya terus melihat-lihat dan mengagumi keindahan rumah ibadah dari sebuah agama yang menurut saya sangat unik. Agama yang boleh dikatakan agama gado-gado dari Vietnam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun