Naratif adalah bagian dari materi ajar yang diberikan sejak TK sampai universitas. Untuk SMA, naratif yang diberikan jenisnya adalah cerita pendek. Sedangkan di SMP, naratif yang diberikan adalah fairy tales, atau dongeng. Tentu ada perbedaan yang jelas antara cerita pendek dengan dongeng. Dongeng semuanya bohong, itu kasarnya. Pada dongen hal-hal yang tidak mungkin bisa terjadi. Misalnya, pada saat haus, tiba-tiba, tring ... ada peri membawa sebotol air dingin rasa melon yang bisa menghapus haus seratus tahun. Kok seratus tahun? Ya, itulah ciri dongeng: tidak masuk akal.
Cerita pendek berbeda dari dongeng. Cerita pendek mengadung unsur logis, pesan moral terasa kental. Misalnya cerita pendek Kebun binatang di dasar laut, karya Lamia Putri Damayanti, penerima anugerah sastra A.A. Navis 2016, menyampaikan satir kehidupan dimana ada anak-anak yang harus jadi pekerja dan diperas tenaganya, dijauhkan dari orangtuanya, sampai mereka meninggalpun tidak ada penguburan untuknya.
Membahas dongeng dan cerita pendek sangatlah seru. Namun terkait dunia membaca ini muncul satu istilah baru yaitu story slam. Apa itu story slam?
Story slam muncul pertama kali tahun 2001 karena terkait dengan riuhnya menghidupkan literasi di Amerika. Kegiatannya adalah para storyteller dminata mengisahkan sebuah cerita secara lisan dalam waktu yang ditetapkan, umpamanya saja dalam 5 menit tanpa melihat catatan.
Kini, story slam masuk ke kelas. Apakah bentuknya dalam bentuk lomba? Tidak. Story slam yang dilakukan di sekolah dan dijadikan bagian dari pengalaman belajar berupa kegiatan yang diawali kegiatan menulis cerita terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan kegiatan membacakan cerita selama 5 menit. Untuk membuat cerita terdengar menarik, si pembuat cerita harus berlatih terlebih dahulu. Jika asal membaca, cara ini kurang menarik perhatian pendengar.
Membuat story slam tentu membutuhkan perencanaan yang matang. Guru bahasa paling tidak memberikan pemodelan menulis cerita terlebih dahulu. Model cerita mana yang akan dimodelkan, sangat banyak pilihannya, diantaranya: dongeng fantasi, legenda, fabel, epos, cerita pendek. Setelah siswa membuat cerita, baru story slam bisa dilakukan. Beri waktu bagi siswa untuk berlatih membacakan ceritanya sebelum dipresentasikan di kelas.
Story slam telah masuk di kelas-kelas mulai tingkat SMP di Amerika. Mudah-mudahan masuk pula ke kelas-kelas di Indonesia sehingga pelajaran Bahasa (daerah, nasional, asing) menjadi lebih menarik, menantang, sekaligus menyenangkan. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H