Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menangkan Ramadhan dengan Puasa Seteru

26 Mei 2019   16:05 Diperbarui: 26 Mei 2019   16:09 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersahabat itu sehat

Ramadhan tahun ini menjadi ajang ujian untuk semua yang hendak puasa dari sikap dan tindakan su'udzon. Puasa kali ini, harus pula dilakoni oleh mereka yang non muslim.

Menjauhkan diri dari berprasangka buruk yang bisa saja mengakibatkan melakukan tindakan buruk yang kelak disesali, itu adalah tuntutan puasa untuk bangsa ini. Ramainya penduduk negeri ini berdalih tentang kebenaran, kesucian, kejujuran, mengakibatkan mereka terseret pada pergumulan saya-benar-kamu-salah.

Mencari pemimpin nomor satu di negeri nusantara yang penduduknya diingatkan selalu melalui semboyan bhineka tunggal ika, tidak mempan ketika setiap individu merasa benar. Bangsa ini perlu puasa. Puasa dari mengurusi hal-hal yang bukan urusannya. Sejenak bisa berpikir ringan seperti, "Siapapun presidennya, saya tetap saya. Saya akan berangkat pukul 5 pagi dengan mobil Elf bunting menuju pasar induk. Kemudian, saya akan beradu harga dengan segala kepiawaian yang telah lama dipelajari untuk tidak tertipu toke dengan harga yang ketinggian. Presiden tidak akan pernah menginjakkan kakinya di lapak ini. Jadi, biarkan mereka yang telah memililih jalan untuk memimpin negeri ini yang mengurusi keputusan. Tidak harus suara penjual sayur pasar pagi ikut-ikut atas nama persaudaraan separtey, persahabatan seideologis, ikatan sebagai warga peduli negeri."

Ramadhan memberikan kesempatan kepada siapapun untuk belajar menahan diri. Menahan diri dari segala hal yang merugikan. Sebagai individu yang diikat setanah-air, sebangsa, senusantara, menahan diri dari meneriakkan bahwa dirinya paling tahu bagaimana mengurus kekisruhan pasca pemilihan pemimpin negeri ini, tidaklah tepat. Sebagai saudara, berlakulah seperti seorang saudara. Saudara menyimak keinginan saudaranya dengan sabar. Saudara meluluskan mau saudaranya dengan penuh pertimbangan. Saudara sebangsa adalah sahabat yang diikat oleh tali merah putih dan nyanyian Indonesia Raya.

Kemenangan saudara atau sahabat sendiri sejatinya diterima dengan besar hati dan iring doa. Siapapun yang menjadi pemimpin, harus didukung karena dia adalah sahabat kita sendrii. Ramadhan ini merupakan lahan untuk membuka tangan persahabatan, bukan dibuka untuk persahabatan antara iman dan islam saja, tapi persahabatan antar kepala dan antar ide. Terlanjur berada pada negeri yang ragam suku dan bahasanya berbeda, memilih sikap bersahabat adalah solusi.

Gunakan Ramadhan untuk melatih diri menjadi sahabat bagi saudara kita yang berbeda ide, berbeda cara pandang, dan berbeda rasa terhadap keputusan. Mari kita menangkan Ramadhan dengan semangat persaudaraan dan persahabatan. Kita semua mulai menjalankan puasa dari mencaci saudara sendiri agar negeri ini sepi dari caci maki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun