Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Tinggal Diambil, Harimau Membunuh

13 Maret 2018   18:23 Diperbarui: 13 Maret 2018   18:48 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sangat mengejutkan ketika baru saja saya mengunggah bahwa perluasan ladang sawit di Riau memiliki sisi kurang menguntungkan bagi penghuni hutan seperti salah satunya adalah  Raja Hutan. Raja Hutan tidak lagi memiliki rumah tinggal jika hutan secara perlahan berubah menjadi ladang. Hewan lainnya, secara terpaksa, mereka akan mengalami hal yang sama. Tetiba tertulis pada koran pada Tribun Pekanbaru bahwa ada harimau yang menerkam manusia hingga tewas.

Kejadian harimau menewaskan dua orang warga Indragiri Hilir dalam kurun kurang dari dua bulan akhir-akhir ini menarik untuk dikaji. 

Binatang tidak akan menyerang jika tidak merasa terancam atau teritorinya terlanggar. Ada kemungkinan harimau yang diberitakan pada harian Tribun Pekanbaru, Senin, 12 Maret 2018 yang lalu akibat dua alasan tadi. Alasan ketiganya,  bisa saja di dalam hutan tidak lagi tersedia makanan sesuai yang dibutuhkannya. 

Jika dilihat dari jejak luka cara harimau itu menerkam korbannya, seolah harimau tidak membedakan jenis makhluk hidup. Manusia diperlakukan sama sebagai buruan yang bisa dimangsanya. Korban digigit lehernya, mematikan urat utama aliran darah, kemudian korban diseret ke dalam hutan. Beberapa orang mengatakan bahwa jika tidak segera tertolong, harimau akan memangsa korban dan tidak melihat bahwa itu manusia. 

Menyempitnya lahan hutan rimba dan meluasnya ladang, tidak menguntungkan bagi harimau. Wilayah yang semula direkam sebagai tempatnya hidup dan sampai saat ini pun dia hidup, bisa saja dipandang sama dari memori keharimauannya. Namun, dari sudut pandang manusia berbeda. Dengan mengganti jenis tanaman pada lahan yang dianggap tanah garapan, maka otomatis harimau harus menyingkir tanpa ampun. Kemana haris menyingkir,  bukan urusan manusia.

Pembukaan hutan untuk dijadikan ladang akanterus menghadirkan pro kontra. Bagi saya pribadi, saya prihatin pada harimau yang kehilangan rumah, kehilangan teritori,  mungkin perlahan-lahan  telah pula kehilangan anggota keluarga, teman. Semoga harimau menemukan cara untuk bertahan hidup tanpa harus menerkam manusia lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun