Matanya tetap jatuh pada deretan makam. Rintik hujan yang jatuh ke atas pekuburan derainya terlihat memutih ibarat helai-helai jiwa yang terbang meninggalkan lelap tidur nan panjangnya. Lamat-lamat ia melihat sosok anak kecil berlari melewati makam. Dia berlari sambil merangkul dadanya sendiri yang seolah mengkerut tersedot dinginnya hujan. Anak itu melambatkan larinya ketika melewati dirinya. Dalam beberapa hembusan nafas, anak itu telah hilang ditelan hujan. Lehernya melilit mengikuti punggung kecil yang semakin lama semakin tersamarkan butir hujan.
Dingin hujan, anak kecil berlari sendirian, mengingatkannya pada masa kanaknya. Dalam derai hujan ia menyamarkan butir air mata yang luruh hangat melewati pipinya. Ia sangat tahu bahwa ia tidak boleh menangis karena sudah ia sadarkan pada jiwanya bahwa menangis bukan penyelesaian masalah. Menangis adalah masalah sekaligus pertanda bahwa kamu rapuh dan tidak pandai mengenal diri sendiri.
Sesungguhnya ia tidak berniat menangis saat itu. Dorongan rasa sendiri itulah yang membuatnya menangis. Air mata sebagai teman pengganti larik dan baris kata. Ia tidak punya teman. Temannya hanyalah dirinya sendiri yang ia pun kadang menanyai apakah benar tubuhnya adalah teman jiwanya. Selama ini ia merasa belum bisa menerima tubuhnya. Bukan karena ia ingin begitu, tetapi orang-orang lain, sesama kanak-kanak sepermainan, sebaya yang berada di satu kelas di sekolah dasarnya mempermasalahkan dirinya.
Ia menjadi berbeda ketika malam tiba. Matanya mengeluarkan sinar seperti mata kucing jika suasana di sekitarnya gelap. Dan hanya mata kirinya yang begitu. Teman sepermainannya menganggapnya ia adalah jelmaan kutukan. Perlahan-lahan temannya merasa takut, takut pada manusia yang matanya mengeluarkan cahaya di malam hari, takut jika nanti disumpahi dan menjadi batu seperti pada cerita Malinkundang. Ia sendiri sebetulnya tidak paham kenapa matanya mengeluarkan sinar.
Sesekali muncul dalam benaknya jangan-jangan ia adalah makhluk alien yang dititipkan di bumi agar selamat dari kejaran musuh. Sayangnya dugaan itu tidak dibarengi dengan kemampuan menggerakkan benda dari jauh dengan pikirannya atau kekuatan super yang tersembunyi menunggu waktunya tiba untuk bisa dipakai membela diri. Pada saat teman-temannya mengejek bahwa ia manusia aneh dengan kombinasi mata manusia dan mata kucing, ia tidak dapat mengeluarkan satu keajaibanpun untuk menolong dirinya sendiri. Ia membela dirinya dengan diam. Ia tidak dapat membela dirinya, karena ia pun tidak tahu. Yang ia tahu, perlahan namun pasti penglihatannya semakin hari semakin berkurang dan semakin hari semakin sakit kepalanya.
Seharusnya ia diberitahu bahwa dia terlahir kembar. Ia sendiri diberi nama Wyatna dan kembarannya tak bernama. Wyatna dalam bahasa Jawa kuno artinya pepeling, peringatan. Peringatan apa yang harus diemban seorang anak perempuan, untuk mengetahui jawabannya harus mengikuti takdir yang membawanya pada malam yang berganti siang yang dilaluinya seorang diri sampai masa remajanya, sampai masa dewasanya yang ia rasakan dilaluinya hanya seorang diri.
Wyatna tidak menyadari saudara kembarnya selalu bersamanya, setiap saat. Tidak sedetik pun kembarannya lepas dari dirinya. Ia tidak menyadarinya dan semua orang pun tidak menyadari hal itu. Orang-orang hanya melihat Wyatna sebagai anak perempuan yang sangat beruntung. Ia tidak harus menahan lapar sampai batas perut terasa lumat penuh asam sampai memecahkan bibir, ayah-ibunya pegawai negeri dengan gaji yang lebih dari cukup untuk mengenyangkan perut kecil seorang anak perempuan.
Wyatna kecil tumbuh bersama saudara kembarnya. Setiap saat ia membuka mata, maka saudara kembarnya hidup. Hidup pada bola matanya. Sell dalam tubuhnya tumbuh dengan riang gembira. Demikian pula saudara kembarnya, ikut tumbuh dengan riang gembira pada bola matanya. Dia bersemayam di belakang matanya. Oleh karenanya ayah-ibunya dan orang-orang di sekitarnya tidak melihat kembarannya.
Wyatna tidak mengerti bahwa kembarannya diam-diam mencuri penglihatannya. Globe bulat dunia pada matanya sangat indah ditutupi lensa lengkap dengan irisnya. Ibarat kamera, iris matanya bisa dipesan ketajaman fokusnya, karena irisnya membiarkan cahaya masuk ke matanya dan memfokuskannya pada retina. Ia tidak tahu, kembarannya memakan retina matanya dalam senyap. Kembarannya berada dalam retina bersatu dengan syaraf-syaraf yang sangat sensitif pada cahaya. Jika siang hari dia tidak memunculkan dirinya secara terang-terangan. Di malam hari ia menunjukkan dirinya dan kamu akan melihat mata Wyatna memendarkan cahaya.Pada malam hari penglihatan Wyatna dipakai oleh kembarannya. Dia tidak menghubungkan cahaya yang masuk ke matanya ke bagian syaraf optik, dia menghalanginya.
Kembarannnya sangat tahu bagaimana dia harus tumbuh. Dia sendiri telah tumbuh bersamanya sejak dalam rahim ibunya. Ayahnya mengistilahkan 'lahir dari azali' atau sesuatu yang telah kekal, telah ada sejak awal mulanya dan ikut terlahir ketika takdir menentukan bahwa setiap bayi harus berhenti bergantung pada ibunya setelah masa perlindungannya habis, bayi itu harus berjuang dengan mengikuti takdirnya sendiri. Tapi ayahnya tidak memberi nama untuk yang azali, ia tidak tahu. Ia hanya menamai yang kasat mata, anak perempuannya.
Sesungguhnya, tanpa diketahui siapapun, termasuk Wyatna, sel-sel itu menggila, dan kegilaannya membuat Wyatna mengigil ngilu dalam nyeri yang tak tahu sebabnya. Sel itu bernama retinoblastsyang setiap saat membelah diri menjadi sel-sel kecil pada retina. Seharusnya pada masa tertentu retinoblasts harus berhenti membelah diri, dia telah menjadi sel dewasa. Tapi pada Wyatna tidak begitu, dia terus membelah diri, terus berproses, tidak mau menjadi dewasa, terus ingin bermain-main dan permainannya merenggut daya retina untuk melihat, kembaran itu bernama retinoblastoma,kanker yang tumbuh pada mata anak-anak.