Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayah, Padi dan Dewi Sri

18 Desember 2017   19:47 Diperbarui: 18 Desember 2017   23:12 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diujung bambu, dipasangnyanya bilahan-bilahan mambu yang bisa berputar jika tertiup angin, ayah menyebutnya Kolecer (kincir angin). Kolecer ini, katan ayah, untuk mengundang Dewi Sri agar membantu memberikan angin, penyerbukan padi dan palawija, perlu angin. Undangan untuk Dewi Sri juga menggunakan itu, Calintuh (Bambu Gombong, diberdirikan, diberi lubang, dan ketika angin menerpa akan mengeluarkan bunyi). 

Kamu dengar bunyi keduanya? Kombinasi suara Kolecer dan Calintuh, kadang perlahan hampir tak terdengar, kadang sangat tinggi bak suara perempuan menjerit menembus langit. Orang Sunda, harus tahu itu. Kamu jaga Kolecer dan Calintuh jangan sampai tumbang.

Bagiku, ayah pecinta padi yang tanpa syarat. Ia menghabiskan hari-harinya untuk bersama cintanya, tangan dan kakinya yang kuat menjaga cintanya tumbuh dan berbuah dan aku anaknya menuai cintanya dan menikmati nasi pulen di atas piring seng atas nama cintaku pada hidup..  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun