Diujung bambu, dipasangnyanya bilahan-bilahan mambu yang bisa berputar jika tertiup angin, ayah menyebutnya Kolecer (kincir angin). Kolecer ini, katan ayah, untuk mengundang Dewi Sri agar membantu memberikan angin, penyerbukan padi dan palawija, perlu angin. Undangan untuk Dewi Sri juga menggunakan itu, Calintuh (Bambu Gombong, diberdirikan, diberi lubang, dan ketika angin menerpa akan mengeluarkan bunyi).Â
Kamu dengar bunyi keduanya? Kombinasi suara Kolecer dan Calintuh, kadang perlahan hampir tak terdengar, kadang sangat tinggi bak suara perempuan menjerit menembus langit. Orang Sunda, harus tahu itu. Kamu jaga Kolecer dan Calintuh jangan sampai tumbang.
Bagiku, ayah pecinta padi yang tanpa syarat. Ia menghabiskan hari-harinya untuk bersama cintanya, tangan dan kakinya yang kuat menjaga cintanya tumbuh dan berbuah dan aku anaknya menuai cintanya dan menikmati nasi pulen di atas piring seng atas nama cintaku pada hidup.. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H