Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Dirgahayu Negeriku, be a Good Follower!

18 Agustus 2016   16:50 Diperbarui: 18 Agustus 2016   17:34 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sobat yang memotivasi !!

Usai merayakan gempitanya HUT kemerdekaan RI, adakah yang tersisa dan mengendap di memori kita tentang heroisme para pejuang kemerdekaan? Adakah yang memotivasi kita untuk belajar dan bekerja giat mengisi kemerdekaan selain kepuasan menjuarai lomba balap karung dan independence party?

Menariknya, beberapa hari sebelum tanggal 17 Agustus, telah menjadi viral berita tentang negeri ginseng yang hanya jaraknya hanya berbilang tahun dengan Indonesia menjadi negara merdeka. Namun bak bumi dan langit, kini kedua negara “berbintang Leo” itu berada pada kutub yang berbeda. Apa yang membuat Korea demikian digdaya sementara kita tertatih menyusulnya di belakang? Apa faktor pembeda sehingga semua sepakat bahwa Korea adalah bukan lagi ‘macan Asia’ tetapi sudah menjadi ‘ikon dunia’ untuk banyak keunggulan?

Kita mendengar apa yang disebut dengan Korea Wave yang  begitu menggulung dunia. Sobat! Wabah ini begitu melanda dunia, khususnya Asia dengan berbagai atribut budayanya. Mulai dari model dandanan rambutnya yang beken dengan sebutan K-cut, dramanya yang begitu melankolik menguras air mata, dan fashion style-nya yang digilai banyak remaja baik cowok apalagi kaum hawanya, dan terakhir para artis yang gayanya dicontek habis oleh para boyband dan girlband kita. Sebut saja Smash, Cherrybelle, 7icon, menjadikan mereka sebagai kiblat, baik dalam berdandan maupun bermusik.

Fenomena K-Pop demikian merasuk melintas batas geografis dan usia. Tapi ingat sobat, ini budaya pop, ini hanya masalah trend, yang tidak permanen bahkan cenderung menipu! Tahukah kita bahwa masyarakat Korea yang mayoritas atheis ini memiliki tingkat depresi tertinggi di dunia? Tahukah kita bahwa di Korea, 21 dari seratus ribu orang mati bunuh diri? Siapa yang terbanyak diantara mereka? Artis menduduki urutan pertama, disusul oleh wiraswasta dan pegawai kantoran!

Hermawan Kertajaya, konsultan marketing tersohor pernah memberi clue, bahwa kalau kita tak bisa menjadi pionir, maka jadilah good follower!Rumus ATM bisa kita pakai: Amati, Tiru, Modifikasi. Banyak inspirasi yang bisa kita ambil dari Korea, sebuah negara agraris tradisional yang berhasil melakukan transformasi ekonomi yang luar biasa hingga menjadi negara industrialis raksasa.

Ingat sobat, smartphone Blackberry dan i-pad bikinan Apple hanya bisa ditaklukkan oleh ponsel android Samsung. Kia Motors hanya setingkat di bawah Mercedes Benz penjualan produknya untuk kategori mobil premium. Belum lagi, televisi dan alat pendingin LG sudah demikian akrab di rumah kita.

Sobat! Korea Selatan adalah negara yang berhasil bangkit dari keterpurukan perang saudara berkepanjangan, menyusul periode penjajahan Jepang. Usia kemerdekaannya tak jauh dari negara kita, hanya berjarak tiga tahun!

Pada awal-awal kemerdekaannya, karena begitu melaratnya, sampai-sampai Korea dijuluki sebagai “negara tanpa harapan”. Dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia, Korea hanya bisa survive dengan bantuan utang!

Sobat yang luar biasa!!!

Hanya butuh waktu empat dekade, Korea berhasil menjungkirkan semua pesimisme dan menyalip negara yang pernah memandangnya sebelah mata. Lihatlah deretan angka statistik berikut yang sangat mencengangkan: produk domestic bruto (PDB) Korea Selatan meningkat 420 kali lipat dari 2,3 mliar dollar AS (1962) menjadi 969,9 milliar dollar AS (2007), sementara PDB per kapita naik 230 kali dari 87 dollar AS menjadi 20.045 dollar AS per tahun. Korea Selatan juga mencatat pertumbuhan ekspor rata-rata di atas 30 persen per tahun selama tiga dekade lebih. Nilai ekspor melonjak dari 3 persen dari PDB (1962) menjadi 37 persen dari PDB (2000). Ekspor yang sebelumnya 88 persen berupa produk primer, tahun 2004 sekitar 97 persennya berupa manufaktur teknologi tinggi. Itu statistik beberapa tahun lalu, apatah lagi sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun