BPDPKS memegang peran sentral dalam mendanai program ini, karena biaya untuk mencampur biodiesel ke dalam bahan bakar konvensional bukanlah hal yang murah. Selain mendanai selisih harga, BPDPKS juga mendukung pengembangan infrastruktur distribusi dan penyimpanan biodiesel di berbagai wilayah.
Hal ini bertujuan agar suplai biodiesel dapat tersedia secara merata dan konsisten, sehingga program mandatori ini bisa berjalan dengan baik di seluruh Indonesia. Dengan langkah-langkah ini, BPDPKS tidak hanya berperan sebagai pengelola dana, tetapi juga sebagai katalisator penting dalam transisi energi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Dampak Terhadap Pengurangan Emisi
Program mandatori biodiesel yang didukung BPDPKS telah memberikan kontribusi signifikan dalam upaya penurunan emisi karbon di Indonesia. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), program B30 pada tahun 2020 berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca hingga sekitar 24,6 juta ton CO2
. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan biodiesel tidak hanya berperan sebagai alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga mampu memberikan dampak nyata dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Dengan terus meningkatnya target pencampuran biodiesel, seperti menuju B40, potensi pengurangan emisi akan semakin besar. Langkah ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 dengan usaha sendiri, atau hingga 41% dengan dukungan internasional.
Tantangan dalam Pengembangan Biodiesel
Meskipun pengembangan biodiesel berbasis kelapa sawit memberikan banyak manfaat, seperti mengurangi emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil, ada sejumlah tantangan signifikan yang perlu diatasi untuk memastikan keberhasilan jangka panjang program ini. Salah satu tantangan terbesar adalah masalah keberlanjutan dalam perkebunan kelapa sawit itu sendiri.
Industri kelapa sawit sering kali dikaitkan dengan deforestasi yang menyebabkan hilangnya hutan tropis dan mengancam keanekaragaman hayati. Aktivitas pembukaan lahan baru untuk perkebunan, terutama jika tidak mengikuti prinsip-prinsip keberlanjutan, dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem alami dan mempercepat degradasi lingkungan.
Untuk menjadikan biodiesel benar-benar sebagai solusi energi hijau yang berkelanjutan, sangat penting memastikan bahwa setiap tahap produksi minyak kelapa sawit, mulai dari penanaman hingga proses ekstraksi, mengikuti standar keberlanjutan yang ketat.