Mohon tunggu...
Yandri Susanto
Yandri Susanto Mohon Tunggu... -

Salesman, marketer, progresive thinker and writer. Love to think outside the box to make leap and bound progress

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mendayagunakan Halte Transjakarta dengan Private Public Partnership

4 Juli 2014   15:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah lama tidak mengunakan jasa dari Transjakarta, akhir2 ini karna ada masalah dengan kendaraan akhirnya saya menggunakan jasa transjakarta kembali.

Dibanding setahun yang lalu, belum banyak perubahan yang berarti baik untuk fasilitas dan jasa. Sebagai fasilitas dari pemerintah, kesulitan di anggaran dan tender mungkin jadi kendala untuk perbaikan. Harapan saya dengan didirikannya PT Transjakarta, perubahan bisa terjadi lebih cepat. Karna itulah juga saya ingin menuliskan suatu masukan untuk perbaikan fasilitas Transjakarta.

Saya tidak membicarakan perbaikan di bus Transjakarta karna saat ini sudah banyak rencana untuk pembelian bus baru dan penambahan armada. Yang ingin saya ulas kali ini mengenai halte-halte Transjakarta itu sendiri. Saat saya menggunakan halte Transjakarta sering kali saya melihat banyak pelat-pelat almunium yang tidak terpasangan sempuran atau halte yang kondisinya tidak memadai. Baik dari sisi aetetic maupun fungsi. Padahal banyak dari halte tersebut berada di kawasan yang cukup elit dan potensial. Untuk jelasnya yang saya maksud halte itu termasuk jembatan penyeberangan yang menempel pada halte Transjakarta.

Bagi Pemda DKI dan PT Transjakarta, saat ini untuk menjaga kondisi halte-halte tersebut tentunya perlu cost yang tidak sedikit. Padahal halte-halte itu setiap hari dilewati ratusan sampai ribuan orang yang memerlukan keamanan dan kenyamanan. Saya melihat dibalik biaya yang ditimbulkan sebenarnya halte-halter tersebut bisa menjadi peluang bisnis yang menguntung baik bagi pihak Swasta, Pemerintah, maupun pengguna Transjakarta yang dibisa diwujudkan dengan kerjasama pemda dengan swasta melalui Private Public Partnership.

Ide saya adalah pemda DKI menyewakan halte-halte tersebut pada pihak swasta dalam jangka waktu tertentu dengan syarat pihak swasta merenovasi dan merawat halte-halte tersebut. Keuntungan untuk pemda DKI tentunya jadi tidak lagi terbebani oleh biaya perawatan halte dan malah bisa mendapatkan keuntungan. Bagi pihak swasta? Ratusan atau ribuan orang yang lewat halte itu sebenarnya potensi pasar yang besar untuk mereka. Bisa indirect dengan space iklan atau secara langsung dengan menyediakan space untuk UKM berjualan. Bagi pengguna Transjakarta? Well fasilitas halte yang nyaman, aman, dan bisa membeli barang2 yang dibutuhkan dalam perjalanan. Dengan Private Public Partnership pemda DKI bisa melelang halte-halte yang berpotensial untuk pihak swasta yang bisa memberikan design dan kerjasama yang terbaik bagi pemerintah. Bisa perombakan minimal dengan perbaikan kondisi yang ada atau untuk beberapa halte yang berpotensi tinggi menjadi area full AC dengan fasilitas maksimal seperti jembatan penyebrangan antar mall. Semuanya itu tergantung dari potensi halte itu sendiri dan pemikiran dari pihak swasta dan pemda.

Tentunya ini bukan satu2nya solusi. Ada altenatif dimana halte-halte tersebut diambil BUMD (Jakarta Propertindo) dan didayagunakan untk menampung PKL dan UKM. Dengan perombakan halte-halte yang ada dengan menambah lebar dan membuatkan space untuk kios2 UKM, BUMD bisa menyewakannya pada PKL dan UKM dan pendapatan dari sana bisa dipakai untuk perawatan dan return of investment dari halte-halte tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun