Reader, Bagaimana puasanya?
Sudah separuh bulan ramadhan tahun ini berlalu. Apa kabar puasanya? Apa kabar tilawahnya, bagaimana Infaknya? Semoga senantiasa meningkat ya, Reader!
Sudah menjadi hukum tak tertulis di masyarakat, menjelang lebaran pasar akan ramai dan pusat perbelanjaan akan sangat padat. Masyarakat akan berlomba belanja kebutuhan hari raya yang kadang sangatlah besar.
Ironisnya, untuk memenuhi kebutuhan lebaran seringkali kita mati-matian berusaha semaksimal mungkin. Tak jarang pula retak hubungan rumah tangga. Pertengkaran karena kebutuhan tak terpenuhi menjelang hari raya seringkali terjadi.
Selain itu, hampir semua harga akan naik menjelang hari raya karena permintaan akan barang meningkat dengan signifikan. Semakin dekat dengan hari raya, semakin tinggi pula harganya.
Tak heran, baru separuh Ramadhan berlalu, pasar sudah ramai. Masyarakat akan berusaha belanja kebutuhan sebelum semua harga meroket.Â
Lantas apakah ini perilaku yang benar?
Tentu saja ini bukan hal yang baik tetapi tak bisa juga kita salahkan. Kecendrungan belanja hal baru di hari raya kadang memang ada masyarakat yang hanya bisa belanja sekali setahun saja. Namun ada juga yang memang perilaku hedonisme yang seringkali hanyalah sebuah pemborosan belaka.
Dalam Islam sebenarnya tak ada tuntutan seperti itu di bulan Ramadhan maupun di hari raya. Apalagi jika hal itu bisa merusak dan mungkin membatalkan puasa pula. Tentu akan tidak baik lagi.
Kenyataannya, tetap saja masyarakat sangat mementingkan hal ini. Sayangnya lagi, baik siang maupun malam masjid selalu kalah di bandingkan dengan pasar dan Mal. Orang akan lebih banyak di pasar dan dipusat perbelanjaan dibandingkan ke masjid.Â
Masjid mulai sepi, mushalla mulai lengang. Jamaah sudah berpindah ke mal dan pasar tradisional. Semakin dekat dengan hari raya, masjid semakin sepi. Para ibu akan lebih banyak di dapur membuat aneka kue dan makanan. Masjid  terlupakan sudah.