Mohon tunggu...
Yandigsa .
Yandigsa . Mohon Tunggu... -

Penulis Novel, Cerita Pendek, Cerita Anak, Kisah Inspiratif, Motivator, Resensi Buku dan Menulis Puisi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sastri Bakry dan Calon Presiden Indonesia

6 Juni 2014   06:24 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:05 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14019854151060883864

Sastri Bakry dan Calon Presiden Republik Indonesia

Tahun 2014 bagi bangsa Indonesia adalah tahun terpanas dalam kancah perpolitikkan. 9 April yang lalu bangsa ini telah melaksanakan pesta demokrasi pertama untuk menentukan para wakil rakyat yakni Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Pimpinan Rakyat, baik dari tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi serta tingkat nasional. Setelah pesta demokrasi tersebut dengan segala hiruk pikuknya, tidaklah selesai sampai disitu karena pada tahun yang sama di tanggal 9 Juli, Bangsa Indonesia akan menentukan nasibnya selama 5 tahun kedepan dengan adanya penyelenggaraan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden untuk masa bakti 2014 – 2019.

Kancah politik Indonesia saat ini benar-benar berada dalam satu titik yang menegangkan. Bayangkan saja, tiap diri merasa jagoannyalah yang paling benar dan hebat serta paling layak memimpin Indonesia. Dua kubu saling menyerang, saling menjelekkan dan saling sama-sama merasa benar. Semua berteriak ingin melakukan perubahan/ tanpa mau mengidentifikasi permasalahan (Negeri Tanpa Hati, Halaman 25).

Tahun ini juga, banyak orang yang hendak menganalisa dan memberikan sumbangsih pemikiran dalam berbagai macam bentuk, semisal acara televisi yang terus melakukan debat politik, mencari sosok pemimpin Indonesia, iklan dari kedua kubu yang bertarung menonjolkan kehebatan masing-masing, janji-janji manis mulai bertebaran demi mendulang suara. Dari ranah sastra pun tidak mau ketinggalan ikut ambil bagian menafsirkan siapa calon pemimpin dan bagaimana sikap sebagai seorang pemimpin yang kelak pada akhirnya memimpin Indonesia sampai 5 tahun nanti. Berbagai macam bentuk tulisan yang juga ikut andil mempengaruhi banyak orang untuk memilih semisal essai, cerpen, novel, opini publik dan juga puisi. Bahkan salah satu petinggi sebuah partai yang mendukung salah satu calon pernah menuliskan puisi yang menyindir calon pemimpin yang di usung oleh partai lain. Artinya sebuah tulisan mampu mempengaruhi siapa saja agar orang yang membaca tersebut pada akhirnya memilih jagoannya masing-masing.

Sebagai Pejabat Eselon II sekaligus seorang sastrawati yang mumpuni di bidangnya, Sastri Bakry tak mau kalah dan tertinggal dalam hal mengemukakan pendapatnya mengenai siapa calon presiden yang pantas memimpin Indonesia selama 5 tahun kedepan. Dalam buku kumpulan puisi yang berjudul “Sastra Sastri Dalam Puisi” yang berisi 70 judul puisi, Sastri Bakry mencoba menyuarakan kegelisahan hatinya tentang Indonesia terutama tentang kepala pemerintahannya.

Puisi-puisi Sastri Bakry dengan lugas dan terkesan tanpa tedeng aling-aling lagi menyentil segala macam kejadian yang ada di sekitar kita. Membaca kumpulan puisi yang tergabung dalam buku ini, seolah kita melihat realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini juga seakan menyidir pemerintah agar mampu bergerak cepat dalam memberantas kesenjangan social, penindasan, ketidakadilan, keserakahan, nepotisme, korupsi yang telah mendarah daging serta kebobrokkan lainnya.

Satu contoh yang membuat sastri terus berada dalam kegelisahannya mengenai nasib para pekerja Indonesia di luar negeri yang notabene adalah penyumbang devisa Negara terbesar, tetapi terkesan sangat disepelekan. Banyak kasus-kasus yang dialami para TKI yang kurang perhatian oleh pemerintah. Hal ini dituangkan sastri dalam puisi berjudul “ Surat Untuk Tuan Presiden” (Halaman, 72)

Tuan Presiden

Ini surat-surat cinta dari mereka yang kita yang kita tinggalkan

Mereka yang kita banggakan

Lalu kita butakan

Mereka adalah pahlawan devisa

Pahlawan yang ikut meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Kita elu-elukan dalam setiap pidato-pidato

Seluruh pejabat di negeri ini

Tuan Presiden

Cinta sejati mereka berikan pada bangsanya

Tidak dihargai oleh cinta bangsanya

Mereka dibiarkan terjungkal dalam ketidakadilan

Dalam perlakuan yang penuh zalim

Tuan Presiden

Bisakah anda bayangkan

Mereka dipaksa minum air kencing

Mereka dipaksa memakan babi

Mereka tidak lebih

Berharga dari anjing yang menjilat tuannya

Dalam buku kumpulan puisi ini, Sastri Bakry seakan menuntut siapa saja yang akan menjadi calon presiden Indonesia nantinya agar mampu menjadi pengayom masyarakat kecil, mampu menjaga stabilitas ekonomi, perdagangan, keuangan, dan jangan pernah ada lagi yang memalukan Indonesia dimata dunia dengan tetap konsisten menjaga keutuhan NKRI. Jangan lagi ada gejolak yang timbul dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Puisi yang berjudul “Suara Papua” (Halaman, 112), seakan mewakili perasaan Sastri Bakry yang teriris melihat bangsanya yang kian miris

Ibu,

Kami tak menyuarakan kemerdekaan

Karena pemerintah telah mengalokasikan dana otonomi khusu yang besar

Ibu,

Tidak ada itu perjuangan untuk kemerdekaan

Karena kemerdekaan kami menyatu dalam NKRI

Pesta demokrasi kedua dalam memilih Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden kian dekat, Bangsa Indoensia kembali akan menggelar Pemilu untuk memilih pemimpin masa depan. Dalam kacamata Sastri Bakry Pemilu adalah ajang pemilihan yang menuntun siapa pun yang bertarung di dalamnya haruslah legowo dengan berlapang dada menerima hasil pemilu yang berisi ratusan juta suara rakyat Indonesia. Jangan pernah ada sengketa lagi, jangan ada lagi gontok-gontokkan, jangan ada lagi kecurangan-kecurangan dan politik uang. Pemilu kian malu menampakkan wajah demokrasi yang agung bila hal terjelek dalam pesta ini terjadi.

PEMILU YANG PEMALU (Halaman, 58)

Hoiiiiiiiii KPU

Di pundakmu semua harapan tergatung demi hari depan yang luas

bekerjalah dengan hati yang melekat

Daftarkan semua dalam urutan yang benar bagi mereka yang memilih

Jangan tinggalkan nama mereka demi kepentingan sesaat

Hentikan dulu jalan-jalanmu keluar negeri demi menyatunya semua usaha yang memuncak

Hoiiiiiiiiii para politikus

Jangan bicara tanpa data dan fakta

Bersuara dengan nada minor namun harmoninya tak indah di telinga rakyatmu

Seolah memperjuangkan kebenaran menggugat DPT namun menghilangkan jejak awal kekisruhan

Hoiiiiiiii masyarakat pemilih

Jangan berteriak-teriak saja tanpa nama tanpa ada usaha memperjuangkan kebenaran yang benar

Tunjukkan partisipasi aktifmu sebagai pemilik bangsa ini

Yang diamanatkan para pewaris

Masyarakat harus paham pesta ini adalah pesta kita

Pesta kita akan usai dengan bahagia jika kita semua berdansa bersama

Jangan duduk terpaku di situ

Ketika pesta usai kau berteriak “kenapa tidak diajak berdansa?”

Hoi pemerintah

Jujurlah pada diri, bukalah !

Bukan buka-bukanya seluruh tubuh agar semua melihat koreng-koreng di tubuhmu

Biarkan mereka melihat semuajerawat di wajahmu

Yang tak akan membuat jelek dirimu

Semua kita pasti menari dalam kebersamaan tanpa rasa saling curiga

Hoi bekerjalah

Hoiiioiiiooo………… Aku

Hentikan bicaramu yang terjebak orang lain

Suara sumbangmu tak terdengar lagi

Karena kita semua sudah selesai

Asyik dengan diri kita

Langit sudah cerah, pemimpin terpilih pun sudah jelas

Kita berjuang untuk apa????

Akujadi malu

Kamu…??????

Mestinya “apalagi”

Buku kumpulan puisi ini layak dibaca bagi siapa saja yang hendak mengetahui bagaimana cara pandang penulisnya yang mampu merealisasikan sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam sebuah tulisan ringan, lugas dan cepat dicerna tanpa harus dahi berkerut ketika kita membacanya.

***

Data Buku

Judul : Sastra Sastri Dalam Puisi
Penulis: Sastri Bakry

Penerbit: FAM Publishing

Cetakan : Pertama, Juli 2013

Tebal: 147 Halaman

ISBN: 978-602-7956-24-7

Yandigsa

Kotabumi, 05 Juni 2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun