Mohon tunggu...
kusmayandi
kusmayandi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Terjajah Kemajuan Teknologi, Permainan Tradisional Anak Menghilang

13 April 2016   19:06 Diperbarui: 13 April 2016   19:14 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kemajuan teknologi yang semakin modren mengakibatkan perubahan yang sangat besar bagi setiap negara baik dalam bidang sosial, politik dan budaya. Indonesia sebagai negara yang kaya akan tradisi dan budaya terlena dengan kehadiran bergabagai teknologi modern dan budaya yang datang dari luar. Berbicara tentang tradisi di indonesia tidak akan ada habisnya. Permainan tradisional dalah salah satunya.

Permainan tradisional atau sering disebut permainan rakyat merupakan pemainan yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita yang kemudian turun-temurun dari generasi ke genarasi (Raharja: 2013). Permaianan tradisional ini mengandung banyak sekali nilai-nilai positif dalam kehidupan. Namun sangat disayangkan permaianan tradisional sekarang sudah mulai punah akibat kemajuan teknologi yang semakin pesat. 

Di kampung saya tepatnya di Kota Mataram Lombok, sudah jarang saya temukan permaianan tradisonal anak seperti “main kaleng” atau dalam bahasa indonesianya petak umpet, kemudian permainankelereng, lompat tali dan lain sebagainya. Padahal di zaman saya kira-kira tahn 2000-an permainan tradisional seperti ini masih sering dilakukan. Saya sangat beruntung sekali bisa merasakan banyak permaianan tradsional kala itu. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran berbagai jenis gadget seperi handphone, playstation, game online menyebabkan anak-anak melupakan permainan tradisional tersebut. Sangat disayangkan sekali ketika permainan tradisional seperti ini menghilang begitu saja.

Dalam tulisan ini saya berkesempatan mewawancarai salah seorang anak bernama Nafizatululum (14 tahun) pada hari Rabu, 13 April 2016 di Kampung Karang Buaya Kota Mataram. Dalam wawancara tersebut Nafiz mengatakan bahwa dia jarang menemukan permainan tradisional di kampung tempat tinggalnya, padahal secara pribadi dia ingin sekali mencoba permaianan tersebut. Permaianan itu seperti permainan Congkal, benteng, petak umpet, selodor dan lain sebagainya. Tetapi karena banyak teman-temanya yang sudah tidak mau mencoba permainan tradisional tersebut. Jadinya dia tidak punya teman untuk diajak bermain. 

Dia mengatakan bahwa dia sangat prihatin sekali karena sudah tidak ada lagi permainan tradisional. Dia menyarankan agar setiap orang tua harus mengenalkan permaianan tradisional tersebut dan menhagdakan lomba-lomba. Sehingga anak-anak bisa lebih mengenal dan bisa langsung mempraktikanya. Karena, didalam permaianan tradisional tersebut banyak mengandung nilai-nilai seperti menjalin kebersamaan, melatih kesabaran, kejujuran dan lain-lain. (Nafiz :2016)

Dari hasil wawancara di atas dapat saya simpulkan bahwa permainan tradisional sangat penting bagi anak terutama dalam perkembangan kepribadian anak karena di dalamnya terdapat banyak sekali nila-nilai yang baik seperti kebersamaan, kekompakan, kejujuran, kesabaran dan lain sebagainya. Oleh karena itu pemerintah, orang tua maupun masyarakat harus mengenalkan kepada anak-anak tentang permainan tradisional. Pemerintah juga harus mendukung dalam upaya untuk menumbuhkan lagi permainan-permaianan tradisional, misalkan memebrikan dana kepada sekolah untuk melakukan workshop atau seminar tentang permaianan tradisional dan banyak lagi cara-cara yang lain.  Apabila semua melakaukan kerjasama seperti ini maka tradisi dan budaya indonesia tidak mudah hilang begitu saja.

 

Sumber

 

Nafiz : Info :2016 (wawancara, 13 April 2016)

Raharja,danang : Permainan Tradisional Modal Karakter Bangsa :2013 (www.setyaraharja.blogspot.co.id )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun