Di susun oleh : Yanda Tsaqif Triantoro, Adfan Farhan Hanaf, Faiq Ahnafa Ranantio, Audrey Giovanni
Pada era saat ini perkembangan teknologi yang cukup pesat mendorong perusahaan untuk mengembangkan SDM yang dimiliki. Dalam membangun SDM yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mengikuti perkembangan zaman adalah sebuah tantang berat bagi Sebagian perusahaan. Agar perusahaan mempunyai daya saing diperlukan SDM yang andal dan berkualitas, untuk membangun SDM tersebut perusahaan harus menerapkan manajemen pengetahuan agar para karyawan dari perusahaan dapat meningkatkan kedalaman pengetahuan nya. Â
Arsitektur Knowledge management atau Arsitektur Manajemen Pengetahuan adalah deskripsi tentang komponen dan kapabilitas serta keterkaitan atau interrelationship antar komponen dalam merealisasikan keuntungan dan manfaat Knowledge management terhadap perusahaan. "Elemen elemen arsitektur Knowledge management adalah Strategi Knowledge management Visi, Misi dan Objective strategis dari Knowledge management yang selaras dengan visi, misi dan objective strategis perusahaan. Pengetahuan Arsitektur adalah Arsitektur Pengetahuan dapat dianggap sebagai prasyarat untuk berbagi pengetahuan Infrastruktur dapat dilihat sebagai kombinasi dari manusia, konten, dan teknologi. Komponen-komponen ini tidak dapat dipisahkan dan saling tergantung.
Model Nonaka dalam penciptaan pengetahuan dan Transformasi Â
Pada Tahun 1995 Nonaka menciptakan istilahnya pengetahuan tacit dan pengetahuan explisit sebagai dua jenis pengetahuan utama manusia. Kunci untuk menciptakan pengetahuan itu adalah dimobilisasi dan dikonversi melalui teknologi. Siklus pengelolaan pengetahuan yang dinamis diciptakan oleh model Nonaka, juga dikenal sebagai SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization), yang sangat penting untuk diterapkan oleh bisnis. Perusahaan dapat mendorong kerja sama, inovasi, dan pembelajaran organisasi melalui model ini, yang juga memungkinkan transformasi pengetahuan individu (tacit) menjadi pengetahuan bersama (jelas). Sosialisasi menghasilkan konsep baru melalui interaksi. Konsep ditransfer ke tim lain untuk didokumentasikan melalui externalisasi. Internalisasi memastikan pengetahuan diterapkan dan menjadi keahlian individu, sementara kombinasi membantu menyusun strategi dari data eksplisit yang ada. Perusahaan dapat mengatasi tantangan perubahan lingkungan bisnis dengan menjadi lebih fleksibel, kreatif, dan kompetitif dengan menggunakan model ini.
 Tacit to Tacit (Socialization) adalah proses di mana pengetahuan yang tidak terdokumentasi dibagi melalui interaksi langsung, seperti berbicara atau bekerja sama dalam tim. Contoh: Tim pengembang perangkat lunak di sebuah perusahaan teknologi berkumpul secara informal untuk membahas ide inovatif. Komunikasi langsung mengirimkan pengetahuan yang tidak tertulis, seperti pengalaman dan intuisi.Â
Transformasi dari tacit ke eksplisit (externalisasi) mengubah pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit yang terdokumentasi. Contoh: Laporan penelitian dalam perusahaan farmasi mencatat hasil diskusi tim riset dan pengembangan (R&D) tentang formulasi obat baru. Ini memungkinkan tim lain untuk menggunakan informasi ini.
 Explicit to Explicit (Combination): Proses ini menggabungkan pengetahuan eksplisit dari banyak sumber untuk menghasilkan pengetahuan baru yang lebih terstruktur. Contoh: Sebuah perusahaan konsultasi bisnis membuat laporan strategis yang komprehensif untuk klien dengan mengumpulkan data dari berbagai divisi, seperti laporan keuangan dan studi pasar.
Explicit to Tacit (Internalization) adalah proses ketika seseorang atau kelompok menginternalisasi pengetahuan eksplisit sebagai pengalaman pribadi. Sebagai contoh, karyawan baru di perusahaan asuransi membaca manual prosedur kerja dan belajar bagaimana menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari setelah mendapatkan pelatihan langsung di lapangan. Ini menjadi bagian dari keahlian mereka. Â
Inovasi dan pengambilan keputusan berbasis pengetahuan lebih baik dilakukan di perusahaan yang menerapkan manajemen pengetahuan dan Model Nonaka. Toyota dan perusahaan teknologi lainnya, contohnya, menggunakan model SECI untuk mendorong pembelajaran dari pengalaman individu dan menyebarkan pembelajaran ini ke seluruh organisasi. Perusahaan dapat menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan dengan mencatat praktik terbaik, mengintegrasikan data yang jelas, dan mempraktikkan pembelajaran berkelanjutan. Dengan penerapan ini, operasi menjadi lebih efisien, pengembangan produk menjadi lebih cepat, dan kolaborasi antar departemen meningkat. Terakhir, model ini bukan hanya alat untuk manajemen pengetahuan; itu juga membangun budaya inovasi, yang sangat penting untuk daya saing dan keberlanjutan di era ekonomi berbasis pengetahuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI