Mohon tunggu...
yance Pribadi
yance Pribadi Mohon Tunggu... Akuntan - A simple man

Manusia yang mencoba dari hari ke hari makin baik, makin bijaksana dan bersyukur atas hidup ini. Mencoba share atas segala yang dipunyai atau diketahui dengan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Susahnya Beli Rumah

29 Juli 2014   09:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:57 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru di umur 38 tahaun saya berani mengambil KPR rumah yang saya idam-idamkan. Padahal karir saya lumayan cerah. Saya kuliah di jurusan akuntansi ( jurusan yang lulusannya banyak dibutuhkan oleh perusahaan2) lulus tepat waktu, IPK hampir cum laude, rajin ikut kursus yang bisa menambah skill,  karir saya dimulai dari akuntan dari KAP di Surabaya yg lumayan terjkenal  sampai dengan 6 tahun, lalu jadi manager accounting di berbagai perusahaan yang lumayan besar selama 11 tahun.  Selain itu aku juga nyambi jadi konsultan akuntansi & pajak freelance di hari Sabtu untuk beberapa perusahaan.

Saya lumayan irit dalam pengeluaran, sehingga  tabungan  meningkat dari tahun ke tahun. Memang pada saat -saat tertentu tabungan tsb harus dikeluarkan untuk biaya pengoabatan mama. Tapi tak mengapa, karena sebagai tanda baktiku pada mama yang selama ini berjuang dalam menghidupi keluarga.

Ada pendapat " seorang akuntan yang sukses dalam kairinya dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengumpulkan harta ( bukan cuma hanya bisa menghitung / mengaudit harta oarang lain)" dan saya setuju dengan pendapat tsb. Saya sadari bahwa saya termasuk seorang akuntan/ praktisi akuntansi yang nggak terlalu " cemerlang" karirnya, terbukti baru di umur 38 tahunan saya baru bisa membayar uang muka rumah baru minimalis yang lumayan luas ( cuma 140 m2) di pusat kota Surabaya. Itu pun 40% nya masih harus dibiayai KPR yang harus saya cicil selama 8 tahun. Tapi itu semua saya syukuri karena saya aku berhasil membeli rumah di pusat kota Surabaya ( bukan di pinggiran). Masih banyak akuntan-akuntan lain yang belum bisa rumah yang lumayan.

Memang di Indonesia ni, sangat sulit dan butuh perjuangan keras ntuk dapat membeli rumah. Makin hari, makin mahal harganya. Kenaikan gaji tak akan mampu mengejar kenaikan harga rumah. Seseorang disamping harus pintar bekerja, hemat, juga harus pintar berinventasi. Sudah kucoba beberapa macam investasi seperti deposito, reksadana, emas. Semuanya ada resikonya, ada saat investasi tsb membuahkan hasil yang menguntungkan tapi tak jarang merugikan ( mengerus ) harta kita. Tpi untunglah saya masih bisa menikmati hasil yang menguntungkan dari investasi yang saya lakukan.

Untuk membayar UM pembelian rumah sebesar 60% dari harga rumah tsb, saya harus menguras habis tabungan saya selama 17 tahun bekerja. Memang salah juga sih, yang terlalu takut dalam berinvestasi dalam bentuk rumah ( takut sanggak bisa nyicil angsurannya, karir belum estabish lah dll ). Seharusnya dari dulu saya berinvestasi  di properti / rumah sehingga di usia sekarang ini mungkin saya sudah mempunyai  minimal 2 rumah. Seharusnya saya tak perlu menunggu tabungan terkumpul banyak, untuk membayar UM rumah. Karena cukup dengan UM sebesar 30% seseorang bisa mengangsur rumah idamannya. Kalau masih muda dan gajinya masih kecil mungkin harus memilih rumah di pinggiran kota. Tapi tak apa nanti pinggiran kota lama-lama akan jadi ramai dan harga tanahnya jadi mahal.

Setelah saya pikir2 memang investasi di properti yang paling menguntungkan. Tapi harus jeli dalam memilih lokasinya, punya prospek lokasi tsb bakal ramai, harus memilih pengembang yg terpercaya dll.

Demikian sharing saya dalam membeli / mengangsur rumah idaman. Dan selama 8 tahun ke depan saya harus terus berhemat karena masih harus mengangsurnya sampai lunas.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun