Surya menyembul tipis dari balik mega. Belum bisa menghangatkan pagi, tapi sinarnya jadi pertanda hujan tidak akan lagi mengguyur deras seperti kemarin.
Bani memakai sepatu dan menggendong ransel sekolahnya dengan semangat. Tidak hujan berarti dia tidak harus bertelanjang kaki ke sekolah. Hampir sepekan Bani harus menenteng sepatunya dalam kresek supaya tidak kotor dan basah kena genangan air hujan dan lumpur sepanjang perjalanan ke sekolah.
Kalau nekat dipakai menerjang air, sepatunya akan basah sepanjang hari, bahkan sampai besok.Â
"Bani!" seru suara di belakang.
Bani menoleh dan mendapati wajah Ihsan yang tangannya menenteng sepotong lemper.
"Nih, buat kamu," tangan Ihsan tersodor ke wajah Bani.
"Buat aku?"
Ihsan mengangguk, "Iya. Ayo cepat ambil! Nanti kita terlambat."
Bani mengulurkan tangan seraya mengucapkan terima kasih. Mereka bergegas ke sekolah karena sinar surya makin lama makin menguak menggeser mega menjauh ke ufuk selatan.
Mata pelajaran pertama IPAS kemudian dilanjut pelajaran olahraga. Kali ini Pak Kadir minta anak-anak mempraktikkan senam keseimbangan dan kelenturan. Setelahnya anak-anak lelaki bermain bola di halaman sekolah sambil menunggu jam pelajaran selanjutnya tiba.
Pukul 12.00 saat jam istirahat kedua tiba, perut Bani makin bergemeruyuk, tapi tidak dihiraukannya. Pagi tadi dia sudah sarapan nasi berlauk telur rebus bertabur garam yang dipotong tiga. Jadi dia yakin tidak akan lapar sampai nanti tiba di rumah pukul dua siang.