Masyarakat yang tidak memilih Prabowo-Gibran juga telah meyakini telah terjadi kerusakan fondasi bernegara akibat terlalu banyaknya campur tangan Jokowi di pemilihan presiden, pemilihan ketua umum parpol, ketua umum kamar dagang, kepala BIN, sampai rekomendasi pimpinan KPK terbaru.
Maka untuk mengembalikan citra diri dan pemerintahannya menjauh dari jejak dan bayangan Jokowi, Prabowo perlu melakukan langkah yang belum pernah dilakukan presiden-presiden sebelumnya, yaitu pembekalan atau retreat menteri.
Kenapa menteri harus di-retreat dan dilakukan di Akmil?Â
1. Prabowo berlatar belakang tentara berpangkat perwira tinggi mantan Danjen Kopassus dengan jabatan terakhir sebagai Pangkostrad. Ini berbeda dengan Jokowi yang sipil.Â
Mengumpulkan dan menyatukan visi misi untuk para menteri di tempat militer akan menjauhkan citra Prabowo dari Jokowi yang sipil.
Bukan cuma tempatnya yang militer, angkutan udara yang ditumpangi dan pakaian yang dikenakan para menteri juga militer-meski tidak di semua kegiatan. Biar ga nanggung, ya, Pak, kalau masih bau-bau sipil nanti disangkutkan dengan Jokowi lagi.
2. Seratus hari pertama Jokowi didahului dengan blusukan. Blusukan jelas bukan gaya Prabowo apalagi usia beliau sudah sepuh.Â
Maka yang dilakukan Prabowo adalah melakukan hal yang jadi bagian dari dirinya, yaitu pembekalan di Akmil. Prabowo mengawali karir di Akademi Militer pada 1974 sampai akhirnya menerima Jenderal Bintang 4 Kehormatan.
Perbedaan militer dan sipil harus ditunjukkan untuk membangun kesan bahwa Prabowo berbeda dengan Jokowi meski anak Jokowi menjadi wakil Prabowo.
3. Prabowo Subianto ketua umum partai politik, Jokowi bukan. Selain untuk menyatukan visi-misi kepada para menteri dan membuat mereka kompak, retreat akan memperkuat citra bahwa Prabowo pemimpin parpol yang punya kekuatan politik terhadap parpol lain.
Posisi ini jelas berbeda dengan Jokowi yang sewaktu menjabat presiden bukanlah seorang ketua umum parpol.