Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pengalaman Dua Kali Ambil KUR dan Cara Melunasinya

26 Maret 2024   10:42 Diperbarui: 26 Maret 2024   12:50 3734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi KUR dari Indonesia.go.id via Kompas.com

Buat orang desa, punya utang di bank bukan hal memalukan yang jadi aib sebab mereka menggunakannya untuk modal bertani, berdagang, buka bengkel, atau usaha lainnya, jadi tidak seperti utang kartu kredit dan KTA (Kredit Tanpa Agunan). 

Kredit yang diambil para petani dan pedagang ini adalah KUR-Kredit Usaha Rakyat yang bunganya kecil dan syaratnya juga lebih mudah. Berdasarkan cerita dari Mas Febri, staf BRI yang mengurus KUR saya, jarang ada orang desa yang gagal melunasi kreditnya, bahkan ada dari mereka yang sampai tiga kali ambil KUR dan selalu melunasinya tepat waktu.

Tujuan Berutang

Saya mengajukan KUR yang pertama di BRI tahun 2020 untuk memperlengkap warung dan bikin tempat nongki kecil-kecilan buat remaja. Mas Febri menyarankan ambil saja sekalian Rp50 juta. Agak laen Mas Febri ini, Rp50 juta itu besar, bagaimana kalau nanti saya tidak mampu bayar?!

Waktu itu pinjaman untuk UMKM dibatasi maksimal Rp50 juta saja. Baru pada 2022 pemerintah menaikkan plafon maksimal Rp100 juta.

Kenapa Rp50 juta tidak minta suami saja? Atau pinjam KUR pakai nama suami? Saya pakai nama sendiri selain karena untuk usaha pribadi, juga atas dorongan suami supaya saya merasakan jadi debitur. Kalau lunas tepat waktu tanpa macet dan kelak saya mau kredit motor atau mobil, prosesnya akan lebih mudah karena nama saya sudah tercatat sebagai debitur taat, katanya.

Alasan yang aneh, tapi saya turuti juga, sih.

Ada kenalan kami yang ambil KUR untuk merenovasi rumahnya. Untunglah KUR itu lunas dengan jangka lima tahun. Pun ada kerabat suami yang meminjam KUR untuk bayar utang anaknya yang terlilit bank plecit (lintah darat).

Jadi walau namanya KUR kita boleh menggunakan uang itu untuk apa saja kalau uang itu sudah cair. Paling utama sedari awal kita sudah punya rencana dari mana dan bagaimana melunasi utang itu. Sepengalaman saya pikiran seperti, "Pinjam saja dulu, gimana cara bayarnya nanti aja dipikirin," itu harus dihindari.

Pikiran seperti itu yang membuat saya nyaris macet bayar di pinjaman kedua.

Proses Pencairan KUR

Kalau kita lihat di situs KUR BRI, untuk KUR Mikro seperti yang saya ambil tidak perlu agunan, apalagi warung dan tempat nongki yang saya buat sudah berjalan sebelum saya pinjam KUR. Namun, waktu itu saya memberi agunan sesuai yang diminta bank. Agunan itu bisa dibilang alakadar karena motor yang BPKB-nya dijadikan agunan usianya sudah 13 tahun. Itu pun dua-duanya punya kakak ipar saya.

Proses survei tempat usaha berjalan lancar. Pihak bank melihat bukti motor yang saya jadikan jaminan dan mengambil beberapa foto warung. Siangnya dana KUR masuk ke rekening Simpedes dan langsung dipotong untuk melunasi cicilan bulan pertama. Jadi yang saya dapat dapat tidak utuh Rp50 juta.

Uang itu juga tidak langsung saya belanjakan semua. Sedikit-sedikit dulu untuk beli cat, membuat sekat tembok, etalase, kursi-meja, hiasan dinding, dan bahan baku lainnya. 

Proses Pelunasan Utang

KUR kedua saya ambil tahun 2022, sebulan sebelum KUR pertama lunas yang Alhamdulillah lancar tanpa hambatan. Pihak BRI menawari supaya saya ambil KUR lagi dengan nominal sama. Ndilalah, saya mau aja padahal tidak ada keperluan mendesak seperti saat pinjam yang pertama. 

Uang pinjaman Rp50 juta itu lalu saya gunakan untuk membeli sepetak kecil sawah tetangga yang sedang kesulitan uang. Hasil dari sawah itulah yang saya pakai untuk bayar cicilan KUR. Di pinjaman kedua saya sudah tidak disurvei lagi meski harus melakukan akad utang-piutang yang baru.

Terus terang, membayar cicilan KUR yang kedua ini agak syulit karena hasil sawah jeblok melulu. Rata-rata sayuran panen dalam waktu tiga bulan dan hasil panen lebih sering dihargai murah oleh pengepul. Utang KUR saya sebulan Rp2.016.000, penghasilan dari sawah kalau dirata-ratakan sebulan cuma Rp500.000-an.

Pernah sekilo timun cuma dihargai Rp300. Tekor melululah pokoknya. Akhirnya selain ambil dari laba warung, saya minta suami untuk ikut mencicil utang KUR.

Syukurlah utang KUR yang kedua akhirnya lunas secara sah dan meyakinkan di akhir Februari 2024 lalu. BPKB dua motor pun kembali. 

Prioritas Lunasi Utang Bank

Kalau pinjam uang ke teman atau saudara kita bisa mengulurnya sesuka hati, bahkan saking terlalu lama mengulur si kreditur akhirnya menyerah dan merelakan piutangnya tidak dibayar.

Di bank tidak bisa seperti itu, makanya kita harus prioritaskan semua penghasilan untuk lebih dulu membayar utang bank. Cara berikut mungkin bisa membantu kita terhindar dari kesulitan melunasi utang bank.

1. Sisihkan uang langsung ke rekening khusus KUR. Ini rekening yang kita dapat saat menerima dana KUR dan pembayaran cicilan KUR juga didebit otomatis dari rekening ini.

Jangan isi rekening KUR ini untuk macam-macam tujuan, misal untuk menabung. Tabung uang di rekening lain atau simpan di dompet elektronik. Tujuannya supaya kita terhindar dari keliru membelanjakan uang yang harusnya untuk bayar utang dengan kebutuhan lain.

Berapa pun penghasilan yang kita dapat bulan itu, langsung sisihkan lebih dulu untuk bayar cicilan bank.

2. Tidak mencicil selama masih punya utang. Ini mungkin sulit bagi ibu-ibu rumah tangga yang biasa ambil kredit macam-macam di tetangga atau teman arisan.

Tahan diri untuk tidak mengambil kredit panci, kredit daster, kredit tas, utang beras di warung, pinjam di arisan, utang pinjol, dan lain sebagainya yang bikin kita jadi punya utang baru. Kalau telanjur sudah punya cicilan, jangan ambil cicilan baru selama kita masih punya utang bank.

Terlibat utang bisa mencetus stres walau nominal utang itu cuma puluhan ribu. Jadi sebelum utang bank lunas, pantang bikin utang baru walau cuma sekilo tomat di tukang sayur.

3. Paksa diri menerapkan gaya hidup hemat dan sederhana. Cara ini mudah dilakukan orang desa seperti saya, tapi mungkin sulit bagi orang kota.

Di desa hampir tidak ada konser penyanyi ternama, paling cuma kesenian tradisional, itu pun gratis nonton di lapangan Pemda. Kafe, mall, tempat hiburan, dan tempat belanja juga terbatas. Jadi lebih mudah menerapkan gaya hidup hemat dan sederhana di desa.

Mungkin ini yang bikin kredit macet KUR rendah, karena orang desa memprioritaskan bayar utang dibanding kebutuhan sekunder dan tersier.

Meski begitu, di mana pun kita tinggal kalau masih punya cicilan atau utang apa pun, baiknya hindari dulu teman yang suka ngajak nonton konser, makan di restoran, nongki dari satu arisan ke arisan lain, atau nyalon bareng. 

Ini berlaku juga buat para istri yang suaminya punya utang. Bantu dia melunasi utangnya lebih dulu dengan menghindari circle foya-foya. 

***

Berutang tidak dilarang dalam agama dan peraturan negara. Jadi tidak perlu takut berutang ke bank kalau memang dibutuhkan. Yang penting utang itu bisa kita lunasi. Kalau sudah lunas selanjutnya kita usahakan untuk hidup tanpa utang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun