Ada lagi yang bilang kalau posisi Ganjar tidak jelas. Prabowo melanjutkan program-kebijakan Jokowi, Anies akan melakukan perubahan. Ganjar mau apa? Maka publik menilai wajar kalau Anies yang tadinya dikenal sopan dan santun mendadak terus-terusan menyerang Prabowo. Apalagi Anies sebelumnya sudah dikenal sebagai antitesa Jokowi.
Sementara itu Ganjar merupakan teman Jokowi yang berasal dari parpol yang sama, daerah yang sama, dan gaya kepemimpinan yang sama. Jadi waktu Ganjar mengkritik pemerintahan Jokowi sementara banteng di dalamnya, publik menilai Ganjarlah yang tidak etis. Publik pun lupa bahwa penetapan Gibran sebagai cawapres juga berlumur pelanggaran etika.
Sebetulnya posisi Ganjar yang terlihat sebagai penengah di tiga debat capres kemarin bukan semata masukan dari konsultan politik atau PDIP yang sadar diri. Itu karakter Ganjar yang sesungguhnya selama 10 tahun jadi gubernur Jateng.
Karakter Ganjar bukan tipe penyerang seperti Fadli Zon atau berapi-api seperti Prabowo. Ganjar tidak akan bicara kalau tidak pegang data diatas fakta. Kalau Ganjar menyerang sana-sini seperti yang dilakukannya sebelum debat capres, kemungkinan besar itu atas saran konsultan politik atau strategi PDIP untuk tes ombak.Â
Kepala Daerah dan Konsolidasi Parpol
Satu yang membuat elektabilitas Ganjar disalip Anies adalah faktor partai politik pendukung. Melansir Liputan6, 54 persen dari seluruh kepala daerah di Indonesia adalah kader PDIP. Secara hitung-hitungan banyaknya kepala daerah yang diusung PDIP mestinya membuat elektabilitas Ganjar terus diatas.
Namun, Ganjar tidak lagi jadi gubernur yang membuat PDIP tidak bisa mengonsolidasikan dukungan lewat kepala daerah. Suara pemilih terbanyak ada di pulau Jawa di mana basis suara Ganjar tadinya ada di DIY, Jateng, dan Jatim. Bila mengacu pada survei Litbang Kompas, elektabilitas Ganjar-Mahfud di Jatim dan Jateng sudah tergerus Prabowo-Gibran.
Prabowo masih Menhan dan GIbran masih wali kota. Kedudukan mereka yang masih menjabat di eksekutif ini bisa mempersepsi publik bahwa tugas mereka di pemerintahan mencerminkan langkah mereka selanjutnya setelah jadi presiden-wakil presiden. Inilah keuntungan ganda yang didapat Prabowo-Gibran.
Di sinilah PDIP harus move on dari perasaan sebagai parpol paling berkuasa. Pilpres kali ini mereka bersaing bukan cuma dengan Prabowo.
Ada Anies Baswedan dengan dukungan PKS yang kadernya sama-sama militan. Pun ada mesin politik PKB yang sama panasnya siap memenangnya ketum mereka yang jadi cawapres.
Sukarelawan
Melihat beberapa hal tersebut, langkah utama yang paling mudah bagi PDIP untuk mengembalikan posisi Ganjar Pranowo ke puncak klasemen adalah dengan move on.