Beberapa pekan kemudian kepala sekolah SD di Kecamatan Mertoyudan mengirim pesan WhatsApp yang menanyakan apakah saya bersedia membimbing siswa di sana untuk ikut lomba menulis artikel yang diselenggarakan perusahaan daerah. Kali ini siswa yang ikut empat orang dan kabar yang saya dapat satu berhasil jadi juara dan artikelnya di muat di media massa lokal.
Dari situ saya beberapa kali diundang ke sekolah untuk mengisi kelas menulis singkat bagi guru dan siswa SD di seputar Kabupaten Magelang.
Menang Blog Competition dan Jadi Narasumber Webinar Kemdikbudristek
Artikel saya berjudul Gurunya Kompeten, Kurikulumnya Keren, Orang Tuanya Paten menjuarai blog competition yang diadakan Kompasiana bersama Kemdikbudristek yang diumumkan pada 11 April 2022.
Bukan cuma juara I, artikel itu juga nangkring di kompascom sebagai bagian dari program ekstensi Kompasiana.Â
Beberapa waktu kemudian saya dihubungi oleh Mas Rifqi dari kompascom. Dia bilang karena saya pemenang pertama blog competition, saya diundang jadi narasumber webinar Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar yang diadakan Kemdikbudristek.
Webinar itu ditayangkan Live di YouTube kompascom dan Zoom dengan narasumber, selain saya, ada Sekjen Kemdikbudristek Ibu Suharti, Kadisbud Probolinggo Pak Fatur Rozi, dan penerima manfaat beasiswa kuliah Alur Bening Firdausi.
Alhamdulillah dari banyak orang yang saya tanya, termasuk guru-guru di sekolah anak, semuanya bilang kalau penjelasan saya bagus dan gak malu-maluin. Mungkin mereka gak enak, ya, kalau bilang jelek, heuheu!Â
Saya akui moderator webinar Mas Yohanes Enggar dari kompascom sangat piawai bertanya sesuai kapasitas narasumber dan luwes berkomunikasi serta merangkai pembahasan demi pembahasan. Saya jadi nyaman sampai tidak sadar kalau webinar itu ditonton guru-guru se-Indonesia.
Juri MAPSI
Awal Agustus 2023 lalu saya ditelepon oleh wakil ketua KKG PAI Kecamatan Muntilan yang meminta saya jadi juri luar (maksudnya selain juri dari KKG) untuk cabang Karya Tulis Islami di Lomba Mata Pelajaran PAI dan Seni Islami (MAPSI) tingkat SD. Juri di cabang LKTI ternyata semuanya berasal dari luar KKG. Dua juri dari Disdikbud Kabupaten Magelang, satu kepala sekolah, dan saya.
Saya awalnya minder, tapi buru-buru saya hapus karena punya pengalaman setahun jadi wartawati di suratkabar nasional, jadi setidaknya saya juga bisa memperkenalkan diri sebagai "bekas wartawan" selain sebagai penulis.
Dari situ saya lihat juknis (petunjuk teknis) untuk lomba artikel nampak seperti skripsi mahasiswa. Untunglah saya dibolehkan memberi masukan yang kemudian saya usulkan supaya sistematika penulisan dibuat sederhana karena pesertanya masih SD. Kalau dari SD sudah diminta menulis seperti mahasiswa, mereka sudah horor duluan dan setelah lomba tidak bakalan lagi tertarik menulis.