Sebelum bergabung dengan Kompasiana saya sudah jadi narablog sejak 2009 dengan blog gratisan di Multiply kemudian membeli top-level domain yang saya taruh di Wordpress dan Blogspot.Â
Mulai dari masa yang sama saya juga nyambi jadi ghostwriter untuk novel, memoar, buku nonfiksi, dan membantu menulis serta menyusun company profile di sela bekerja kantoran.
Walau sudah menekuni dunia kepenulisan dan jadi ghostwriter untuk buku-buku yang terbit di penerbit mayor, saya tetaplah amatir. Itu karena saya belum pernah menulis buku dengan nama sendiri. Pun lebih sering membuat cerpen untuk orang lain.Â
Tambahan lagi saya tidak bergabung dengan komunitas menulis mana pun. Dulu bergabung di Lingkar Pena, tapi tidak aktif. Jadi Kompasianalah yang jadi roket peluncur mengangkat saya mengangkasa untuk turut menebar semangat literasi dan menyebar pandangan bahwa membaca dan menulis itu asyik.
Kelas Menulis
Saat sekolah mulai melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas di tahun ajaran 2021/2022, wali kelas bertanya kepada anak saya kenapa dia menyumbang untuk Pojok Baca sampai empat buku sementara teman-temannya paling banyak dua saja. Anak saya bilang karena di rumah sudah kebanyakan buku.
Sang guru bertanya lagi, "Memangnya ibumu kerja apa?"
Pertanyaan yang dilontarkan sang wali kelas itu menurut saya agak janggal sebab yang ditanya adalah pekerjaan ibu alih-alih bapak. Kemudian anak saya menjawab penulis.Â
Esoknya ketika saya ke sekolah untuk mengambil nilai PTS (Penilaian Tengah Semester) sang wali kelas bertanya, "Ibu penulis, ya? Penulis apa, Bu?"
Saya menjawab blogger, content writer, dan ghostwriter, tapi beliau malah bingung. Lalu saya sarankan untuk membuka blog emperbaca.com. Beliau tambah bingung. Akhirnya saya bilang, saya penulis konten di Kompasiana, "Itu, lho, Bu, yang grupnya Kompas." Beliau lalu mengangguk-angguk.
Sepekan kemudian wali kelas menelepon meminta apakah saya bersedia mengajar 12 siswa di kelas menulis selama dua hari. Kelas itu dipersiapkan sekolah untuk mengikuti lomba artikel yang diadakah PWI Kabupaten Magelang. Syukurlah dari 12 peserta yang mengirim artikel, lima jadi juara di kategori yang berbeda.
Artikel yang dibuat kepala seolah juga berhasil menyabet juara harapan 1.